Masyarakat Harus Tingkatkan Kompetensi Keamanan Digital

Penjahat digital terus melakukan berbagai upaya untuk menjerat para korban, termasuk di tengah pandemi Covid-19.

oleh Andina Librianty diperbarui 18 Sep 2020, 13:17 WIB
Diterbitkan 18 Sep 2020, 13:15 WIB
Hacker
Ilustrasi Hacker (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Penjahat digital terus melakukan berbagai upaya untuk menjerat para korban, termasuk selama pandemi Covid-19.

Peneliti Center for Digital Society (CfDS) Universitas Gadjah Mada (UGM), Tony Seno Hartono, mengatakan kejahatan digital berbasis social engineering tetap terjadi di masa pandemi Covid-19. Hal ini termasuk phishing, penipuan melalui telepon dan SMS, impersonation, dan pretexting.

"Jenis kejahatan digital berbasis social engineering tetap terjadi di masa pandemi Covid-19, dan bentuknya bermacam-macam," kata Tony dalam acara konferensi pers virtual #AmanBersamaGojek pada Jumat (18/9/2020).

Oleh sebab itu, Tony menegaskan bahwa masyarakat harus sadar pentingnya membangun kompetensi keamanan teknologi digital yang baik di masa pandemi.

Hal tersebut mengingat ketakutan di masyakarat yang meningkat, dan ketergantungan masyarakat terhadap platform digital semakin tinggi, sedangkan pengetahuan masyarakat tentang keamanan digital masih rendah.

Tingkat Kompetensi

Hacker
Ilustrasi Hacker (iStockPhoto)

Menurut Tony, ada tiga tingkatan mengenai kompetensi keamanan teknologi digital. Tingkat dasar, yaitu belum mengerti risiko yang dihadapi ketika memberlakukan fitur keamanan digital.

Tingat menengah, memiliki perhatian mengenai dasar keamanan dalam bertransaksi dan pentingnya kerahasiaan data pribadi. Kemudian tingkat lanjutan, yakni memiliki kompetensi untuk aktif memperbarui diri dengan informasi keamanan digital dan penipuan.

"Mayoritas pengguna teknologi di Indonesia masih berada pada tingkat dasar dan menengah," tutur Tony.

Lima Perilaku

Tony mengungkapkan ada lima perilaku sederhana yang dapat meningkatkan kompetensi keamanan digital. Perilaku pertama adalah tidak menggunakan kata sandi yang mudah ditebak, dan tidak memberikannya kepada orang lain.

Perilaku kedua, masyarakat harus mengamankan diri dengan lebih dari satu akses keamanan dan memperkaya diri dengan perintah digital yang tidak umum.

Perilaku ketiga, terus memperbarui diri dengan informasi mengenai penipuan dan keamanan digital.

Perilaku keempat yaitu waspada terhadap email phising dengan memeriksa tata bahasa email. Biasanya, tulisan di email tersebut berantakan dan menggunakan bahasa sensasional.

Perilaku kelima yang bisa dilakukan adalah selalu mengecek informasi ke laman atau akun media sosial resmi. Akun-akun tersebut umumnya ditandai dengan centang biru.

"Kita harus mengecek sumber-sumber terpercaya di internet, termasuk media sosial. Perhatian keaslian akun," kata Tony.

(Din/Why)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya