Matahari Buatan China Hasilkan Panas 150 Juta Derajat Celcius

Matahari buatan China menghasilkan panas 150 juta derajat Celcius, kurang lebih sepuluh kali lebih panas dari inti matahari.

oleh M Hidayat diperbarui 08 Des 2020, 14:00 WIB
Diterbitkan 08 Des 2020, 13:56 WIB
Reaktor fusi nuklir HL-2M Tokamak yang menjadi inti dari Matahari Buatan China
Reaktor fusi nuklir HL-2M Tokamak yang menjadi inti dari Matahari Buatan China. Kredit: China Atomic Energy Authority via Globaltimes.cn

Liputan6.com, Jakarta - Matahari buatan China yang menggunakan reaktor fusi nuklir telah menyala untuk pertama kalinya.

Hal ini, menurut laporan media lokal negara People's Daily yang dikutip dari laman Phsy.org pada Selasa (8/12/2020), menjadi tonggak bersejarah terkait kemampuan penelitian China di bidang nuklir.

Reaktor yang digunakan untuk menyalakan matahari buatan China ini adalah HL-2M Tokamak. Ia merupakan perangkat penelitian eksperimental fusi nuklir terbesar dan tercanggih di negara tersebut.

Para ilmuwan setempat berharap perangkat tersebut berpotensi membuka sumber energi bersih yang kuat.

Pada praktiknya, reaktor untuk matahari buatan China itu memanfaatkan medan magnet yang kuat untuk memadukan plasma panas. Reaktor yang terletak di barat daya Sichuan itu disebut matahari buatan China karena panas dan tenaga yang dihasilkan dari reaktor itu sangat besar.

Disebutkan bahwa panas yang dihasilkan lebih dari 150 juta derajat Celcius. Suhu itu kurang lebih sepuluh kali lebih panas dari inti matahari.

Rencana kerja sama

"Pengembangan energi fusi nuklir tidak hanya sebagai cara untuk menyelesaikan kebutuhan energi strategis China, tetapi juga memiliki signifikansi besar untuk pengembangan energi dan ekonomi nasional China yang berkelanjutan di masa depan," kata People's Daily.

Di masa depan, China berencana untuk bekerja sama dengan para ilmuwan yang mengerjakan proyek penelitian bertajuk "International Thermonuclear Experimental Reactor".

Proyek ambisius ini berbasis di Prancis dan diharapkan akan rampung pada tahun 2025.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya