Liputan6.com, Jakarta - Virtus sebagai penyedia solusi infrastruktur IT sekaligus anak perusahaan CTI Group mengumumkan kemitraan strategis dengan CrowdStrike, perusahaan solusi keamanan endpoint berbasis cloud-delivered.
Lewat kolaborasi ini, perusahaan di Indonesia kini mendapatkan solusi keamanan endpoint dari jaringan mitra bisnis Virtus di seluruh Indonesia. Untuk diketahui, pengunaan teknologi endpoint kini memang meningkat seiring dengan aktivitas bekerja jarak jauh.
Baca Juga
Keamanan endpoint atau proteksi endpoint sendiri adalah metode keamanan siber untuk melindungi desktop, laptop, perangkat IoT, serta perangkat yang berkomunikasi dengan jaringan pusat lain dari ancaman serangan siber.
Advertisement
Menurut Direktur Virtus Christian Atmadjaja, ada tiga alasan keamanan endpoint menjadi tantangan tersendiri, yakni threat sophistication atau kecanggihan ancaman dimana pelaku memiliki metode tradecraft, lalu outmoded defences atau sistem pertahanan yang sudah ketinggalan zaman.
"Banyak orang masih berfokus pada serangan malware saja, padahal penyerang terus berevolusi. Mereka sekarang menggunakan teknik tanpa file yang dengan mudah melewati antivirus dan bisa terlihat seperti user yang sah untuk mencuri kredensial," tuturnya dalam keterangan resmi, Minggu (5/6/2022).
Laporan Crowdstrike Global Threat Report 2020 juga mengungkap lanskap ancaman yang kini dihadapi bisnis sekitar 49 persen merupakan malware, sedangkan 51 persen lain adalah non-malware yang berupa hacktivist, kejahatan siber, kriminal terorganisir, bahkan kejahatan yang dilindungi dan dikoordinasi oleh negara.
"Untuk melawan peningkatan ancaman itu, banyak perusahaan menambahkan lebih banyak produk dari berbagai merek yang berbeda ke tumpukan solusi keamanan yang ada, yang justru meningkatkan biaya dan kompleksitas lingkungan mereka, sehingga muncul alasan ketiga yaitu solution complexity atau solusi yang terlalu kompleks," tuturnya.
Oleh sebab itu, CrowdStrike Falcon Platform yang didukung CrowdStrike Security Cloud bisa diandalkan karena memanfaatkan indikator serangan secara real-time, threat intelligence, serta telemetri yang diperkaya untuk kemampuan deteksi berakurasi tinggi.
Dengan kemampuan tersebut, seluruh perusahaan bisa menghadirkan deteksi sangat akurta, serta perlindungan dan perbaikan otomatis, hingga observabilitas yang memprioritaskan kerentanan.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Virtus Bagi-Bagi Beasiswa Kuliah untuk Siswa SMA dan SMK, Ini Syarat dan Link Pendaftarannya
Sebelumnya,. Virtus, kembali menggelar program beasiswa bagi para siswa SMA/SMK di Indonesia untuk melanjutkan pendidikan sarjana di bidang IT sekaligus ikatan kerja di Virtus.
Persyaratan untuk mendapatkan beasiswa dengan nama program 'Virtus Bakti Negeri' ini adalah siswa SMA/SMK yang lulus dan akan lulus pada tahun berjalan, atau telah dinyatakan lulus maksimal 1 tahun sebelumnya.
Lalu, siswa harus memiliki nilai rata-rata rapor minimal 7.00, memiliki keinginan untuk terus belajar dan bekerja, mudah beradaptasi terhadap hal baru, dan menyukai tantangan.
Registrasi program beasiswa Virtus Bakti Negeri dapat dilakukan melalui website: https://www.virtusindonesia.com/en/virtus-bakti-negeri.
Kamu cukup mengisi data diri, mengunggah nilai rapor, ijazah, beserta CV (Curiculum vitae) dan mengunggah foto melalui formulir yang tersedia di website, sehingga tidak perlu mengumpulkan berkas fisik saat pendaftaran.
Direktur Virtus, Christian Atmadjaja, mengatakan program ini merupakan jembatan bagi Virtus untuk terhubung dengan talenta muda Indonesia.
"Program ini sudah kami lakukan sejak 2013 dan memberikan kesempatan beasiswa dan ikatan kerja kepada lulusan terbaik SMA/SMK di seluruh Indonesia," kata Christian di acara webinar Virtus Bakti Negeri, Kamis (19/5/2022).
Ia menambahkan, tahun ini perusahaan bekerjasama dengan Binus Online Learning, dan menawarkan beberapa program studi yang bisa diambil oleh para penerima beasiswa, yaitu program Teknik informatika, Sistem informasi, Business Management, Akutansi, dan Teknik Industri.
"Selain itu, penerima beasiswa juga mendapat kesempatan bekerja di Virtus dengan posisi baik technical seperti System Engineer atau Consultant, maupun non-technical seperti Sales," ucap Christian memungkaskan.
Advertisement
Perekrutan 40 Siswa
Sejak 2013, anak perusahaan CTI Group ini berhasil melakukan perekrutan sebanyak 40 siswa untuk menerima beasiswa Virtus Bakti Negeri, dan tiap tahun terus meningkatkan kurikulum pembelajaran agar program ini bisa berjalan lebih baik.
Pada 2022 ini, Virtus Bakti Negeri mengembangkan kurikulum baru, dengan melibatkan penggunaan alat-alat kolaboratif (collaborative tools) yang berisikan beragam materi yang bisa diambil secara mandiri oleh para peserta beasiswa dan memudahkan pengajar untuk lebih fleksibel dalam mendampingi para peserta.
Direktur Binus Online Learning, Agus Putranto, menyambut baik kerjasama melalui beasiswa Virtus Bakti Negeri dikarenakan hal ini sejalan dengan visi misi Binus.
“Binus Online Learning berharap mahasiswa yang berkuliah bisa menimba ilmu dengan baik, memanfaatkan peluang dan tantangan yang ada serta bisa menjadi lulusan yang berkualitas dan bisa berkontribusi bagi nusantara,” ujarnya.
Komitmen Virtus dalam membantu penyediaan pendidikan yang berkualitas melalui program Virtus Bakti Negeri ini selaras agenda pemerintah untuk terus mendorong peningkatan sumber daya manusia di Indonesia untuk menghadapi pergembangan dunia digital.
Menurut pemerintah, Indonesia membutuhkan sembilan juta talenta digital untuk lima belas tahun ke depan atau sekitar 600 ribu talenta digital per tahun
CTI Group: Perusahaan Dituntut Beradaptasi dengan Pola dan Kebiasaan Baru Pelanggan
Di sisi lain, perusahaan haruslah beradaptasi dengan berbagai perubahan dan tuntutan pelanggan, yang juga terus berubah seiring adaptasi mereka di era pandemi Covid-19.
Penyedia solusi IT di Indonesia, PT Computrade Technology International (CTI Group), melihat pelanggan saat ini memiliki kontrol yang lebih besar dalam mengambil keputusan untuk memilih produk dan layanan yang akan digunakannya.
Hal ini merupakan konsekuensi logis terbukanya saluran informasi. Ini juga yang menjadikan pelanggan tidak dengan mudah berinteraksi dengan berbagai merek yang tidak memiliki loyalitas pada merek produk atau layanan tertentu.
Maka dari itu, perusahaan pun harus beradaptasi dengan pola dan kebiasaan baru para pelanggan tersebut jika tak ingin berisiko ditinggalkan.
"Saat ini, menjadi customer-centric bukanlah suatu pilihan, melainkan suatu keharusan jika perusahaan ingin bertumbuh," kata Rachmat Gunawan, CEO CTI Group dalam konferensi pers virtual, Kamis (10/2/2022).
Dia mengungkapkan, ada beberapa tantangan perusahaan untuk menjadi gesit dan responsif terhadap perubahan yang terjadi.
Tantangan itu seperti kurangnya keselarasan antara fungsi front, middle dan back office, kendala warisan IT, dan kurangnya integrasi antar berbagai elemen yang ada dalam sebuah perusahaan.
Laporan KPMG: Make The Connection menyebutkan, pelanggan saat ini semakin terhubung dan membuat mereka semakin banyak tuntutan, semakin diberdayakan, dan memiliki banyak informasi dan pilihan yang hampir tidak terbatas.
Akibatnya, memenuhi ekpektasi pelanggan menjadi tantangan tersendiri. 43 persen persen organisasi mengatakan mereka secara rutin memenuhi harapan pelanggan dan hanya 12 persen yang percaya bahwa mereka secara konsisten melebihi mereka.
Pada saat yang sama, ini menjelaskan mengapa meningkatkan pengalaman pelanggan paling sering dikutip oleh organisasi sebagai tujuan utama yang mendorong strategi berpusat pada pelanggan mereka.
(Dam/Isk)
Advertisement