Waspada, Makin Banyak Aplikasi Jahat yang Nyamar Jadi VPN

Jumlah aplikasi VPN palsu meningkat drastis di Asia Pasifik, mengancam keamanan pengguna. Pelajari cara melindungi diri Anda dari ancaman ini dengan tips dari para ahli Kaspersky.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 24 Nov 2024, 10:00 WIB
Diterbitkan 24 Nov 2024, 10:00 WIB
Ilustrasi: Aplikasi VPN
Ilustrasi: Aplikasi VPN (Foto: Kaspersky).

Liputan6.com, Jakarta - Pada era digital saat ini, keamanan dan privasi online menjadi perhatian utama bagi banyak pengguna internet. Salah satu solusi yang populer digunakan untuk melindungi data pribadi adalah VPN (Virtual Private Network).

Namun, pada Q3 tahun 2024, para ahli dari Kaspersky menemukan bahwa jumlah pengguna di Asia Pasifik yang terjebak oleh aplikasi VPN palsu meningkat 2,5 kali lipat dibandingkan dengan Q2. Lonjakan ini terus berlanjut hingga Q4, menimbulkan kekhawatiran serius mengenai keamanan siber.

VPN dirancang untuk memberikan keamanan dan privasi dengan menyembunyikan alamat IP pengguna, sehingga ISP dan pihak ketiga tidak dapat melacak aktivitas online mereka.

Selain itu, VPN memungkinkan pengguna untuk mengakses konten yang dibatasi secara geografis dengan mengubah lokasi virtual mereka.

Fitur ini sangat diminati, terutama untuk mengakses acara di platform streaming yang dibatasi di negara tertentu.

Namun, popularitas VPN juga dimanfaatkan oleh penjahat siber. Pada Mei 2024, penegak hukum berhasil membongkar botnet bernama 911 S5, yang menggunakan beberapa aplikasi VPN gratis seperti MaskVPN, DewVPN, PaladinVPN, ProxyGate, ShieldVPN, dan ShineVPN.

Pengguna yang mengunduh aplikasi VPN palsu secara tidak sadar mengubah perangkat mereka menjadi server proxy, yang kemudian digunakan untuk menyalurkan lalu lintas data orang lain.

VPN Palsu Jangkau 19 Juta IP Address di Dunia

Ilustrasi Keamanan Siber, Kejahatan Siber, Malware
Ilustrasi Keamanan Siber, Kejahatan Siber, Malware. Kredit: Elchinator via Pixabay

Jaringan botnet ini berhasil menjangkau 19 juta alamat IP unik di lebih dari 190 negara, menjadikannya salah satu botnet terbesar yang pernah ada.

Akses ke server proxy ini dijual kepada penjahat siber lain untuk melakukan serangan dunia maya, pencucian uang, dan penipuan massal.

Pakar Keamanan di Kaspersky, Vasily Kolesnikov, menyatakan, saat ini permintaan aplikasi VPN di semua platform, termasuk ponsel pintar dan komputer, terus meningkat.

"Pengguna cenderung percaya bahwa jika mereka menemukan aplikasi VPN di toko resmi, seperti Google Play, aplikasi tersebut aman dan dapat digunakan untuk mendapatkan konten yang awalnya tidak tersedia di lokasi mereka," kata Kolesnikov.

Menurut Kolesnikov, pengguna kerap berpikir akan lebih baik jika layanan VPN ini gratis. Namun, hal ini sering kali berakhir menjadi jebakan, seperti yang dibuktikan oleh kasus-kasus terkini dan statistik kami yang menunjukkan lonjakan kasus aplikasi VPN berbahaya.

Saran Keamanan untuk Pengguna

Malware
Ilustrasi malware. (Doc: Science ABC)

Untuk melindungi diri dari ancaman ini, Kaspersky menyarankan beberapa langkah penting:

1. Gunakan Solusi Keamanan Komprehensif: Pastikan semua perangkat kamu dilindungi dengan solusi keamanan yang dapat memindai dan mencegah malware, seperti Kaspersky Premium.

2. Gunakan VPN Tepercaya: Jika memerlukan layanan VPN gratis, Kaspersky VPN Secure Connection dapat menjadi pilihan dengan batas lalu lintas harian sebesar 300 MB, memastikan lalu lintas kamu tetap aman.

3. Pertimbangkan Langganan Premium: Akses Premium ke Kaspersky VPN Secure Connection menawarkan salah satu VPN tercepat di dunia dengan perlindungan tambahan terhadap phishing dan ancaman lainnya.

Dengan meningkatnya ancaman dari aplikasi VPN palsu, sangat penting bagi pengguna untuk tetap waspada dan memilih layanan yang tepercaya untuk menjaga privasi dan keamanan online mereka.

 

Infografis 10 Tips Amankan Data Pribadi dari Serangan Siber. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 10 Tips Amankan Data Pribadi dari Serangan Siber. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya