Liputan6.com, Bogor - Belia Komala, ibu rumah tangga asal Cipaku, Kota Bogor, Jawa Barat mencatat keperluan belanja sehari-hari. Sebelum ke pasar, Ia pun memasukkan beras dalam catatannya mengingat kebutuhan ini wajib dibeli.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Sabtu (30/5/2015), sebelum membeli beras, Belia tidak segan menanyakan keaslian beras yang akan dibelinya.
Kabar beredarnya beras asli bercampur bahan sintetis cukup memicu rasa was-was. Pedagang pun meyakinkan pembeli tentang kualitas dagangannya.
Tidak cukup dengan penjelasan, tidak jarang para pedagang juga melakukan tes keaslian beras. "Ya, kalau setiap konsumen beli pasti selalu tanya beras plastik atau bukan. Wajar saja karena dia (konsumen) selalu hati-hati, apalagi untuk dimakan. Tapi kita tetap berusaha menjelaskan," ucap salah seorang pedagang beras.
Belia hanyalah salah satu contoh konsumen yang kini semakin teliti sebelum memberi beras.
"Ya takut saja, yang namanya konsumsi pokok kita, beras, apalagi dikonsumsi balita. Sedangkan dari pemerintah sendiri ada yang negatif (bukan beras plastik) tapi ada juga yang tidak, makanya perlu kita waspada sendiri. Contohnya, minta dites dulu asli atau tidak sebelum dibeli," ucap Belia.
Advertisement
Kabar beredarnya beras asli bercampur beras sintetis tidak selamanya berdampak negatif. Kelompok Tani Lemah Duhur, Mulyaharja, Bogor yang memproduksi beras organik justru mengaku permintaan meningkat. Banyak pula konsumen langsung memesan ke petani.
Para petani pedagang beras dan konsumen berharap pemerintah bisa melindungi produk beras termasuk produk beras organik dan menjamin kualitas beras yang dikonsumsi masyarakat. (Vra/Mvi)