Barometer Pekan Ini: Kontroversi Kunjungan Ketua DPR

Kehadiran Ketua DPR dan wakilnya dalam kampanye Donald Trump dianggap tidak etis dan melecehkan bangsa Indonesia.

oleh Liputan6 diperbarui 12 Sep 2015, 18:20 WIB
Diterbitkan 12 Sep 2015, 18:20 WIB
20150903-Ketua DPR RI Hadiri Kampanye Donald Trump di New York
Ketua DPR RI Setya Novanto (kiri) bersama Donald Trump usai penandatanganan perjanjian dengan komite Nasional Partai Republik di New York, Kamis (3/9/2015). Trump menyebut Setya Novanto sebagai orang berpengaruh di Indonesia. (REUTERS/Lucas Jackson)

Liputan6.com, Jakarta - "Saudara sekalian, ini adalah pria yang sangat mengagumkan. Dia adalah Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia. Dia di sini untuk menemui saya. Setya Novanto. Salah satu pria yang paling berkuasa dan hebat. Timnya di sini untuk menemui saya, dan kita akan melakukan hal-hal hebat untuk Amerika Serikat. Benarkah itu?" ujar calon kandidat Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

"Ya," sahut Ketua DPR RI Setya Novanto.

"Apakah mereka menyukai saya di Indonesia?" Trump kembali bertanya.

"Ya. Sangat. Terima kasih banyak," jawab Ketua DPR RI.

Begitulah Donald Trump, bakal calon Presiden Amerika Serikat memperkenalkan Setya Novanto.

Saat konferensi pers, di belakang pengusaha super kaya itu tampak ketua DPR RI dan juga wakilnya Fadli Zon. Kedua pimpinan DPR itu juga sempat berfoto selfie.

Setya Novanto dan Fadli Zon langsung dilaporkan 7 anggota DPR dari sejumlah fraksi ke Mahkamah Kehormatan DPR. Kehadiran keduanya dalam kampanye Donald Trump dianggap tidak etis dan melecehkan bangsa Indonesia.

Rombongan pimpinan DPR berjumlah 14 orang beserta staf berkunjung ke Amerika Serikat 31 Agustus hingga 2 September lalu, dalam rangka memenuhi undangan konferensi ketua parlemen dunia ke-4.

Sehari setelah penutupan konferensi, kedua pimpinan DPR dan beberapa anggota dewan bertemu Donald Trump di lantai 26 Trump Tower yang megah di New York, Amerika Serikat. Pertemuan terkait investasi itulah yang berlanjut ke lantai dasar, tempat konferensi pers Trump berlangsung.

Anggota DPR Tantowi Yahya yang sempat ikut dengan rombongan itu mengakui, pertemuan itu difasilitasi oleh pengusaha yang kerap berbisnis dengan Donald Trump.

Pantas atau tidak pantas Ketua DPR dan wakilnya berada dalam kampanye bakal calon Presiden Amerika Serikat Donald Trump menjadi perdebatan. Di luar itu, anggaran kunjungan kerja anggota dewan ke luar negeri juga menjadi sorotan.

9 Anggota DPR dan 5 staf terbang ke Amerika Serikat sejak 31 Agustus dan sebagian baru kembali pada 12 September. Padahal konferensi ketua parlemen sedunia ke-4 yang mereka hadiri telah berakhir pada 2 September.

Tak heran bila kunjungan mereka dinilai sekedar jalan-jalan. Anggaran perjalanannya yang terbilang fantastis di tengah mahalnya dolar pun dipertanyakan.

Biaya pesawat Rp 1,688 miliar. Uang harian termasuk hotel Rp 739,9 juta, asuransi Rp 5,85 juta. Total Rp 2,43 miliar.

Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran atau Fitra menyebutkan, kunjungan kerja rombongan pimpinan DPR ke Amerika Serikat itu paling sedikit menghabiskan dana Rp 2,4 miliar dengan asumsi menggunakan paket hemat sesuai peraturan Menteri Keuangan.

Dugaan pertemuan mereka difasilitasi pengusaha ternama juga menuai kritik karena berpotensi mendapat anggaran ganda dan juga berpotensi terjadi praktik gratifikasi.

Hingga jelang kepulangannya ke Tanah Air, Setya Novanto enggan menjawab pertanyaan seputar kehadirannya dalam kampanye Trump yang kontroversial itu.

Verifikasi dan klarifikasi perlu segera dilakukan Mahkamah Kehormatan DPR agar menjadi jelas, apakah yang dilakukan pimpinan DPR yang terhormat itu benar menyalahgunakan wewenang atau tidak.

Saksikan selengkapnya dalam tayangan Barometer Pekan Ini yang ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Sabtu (12/9/2015) di bawah ini. (Nda/Sun)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya