Mengenal Desa Wayang, Pelestari Budaya Bangsa

Nyaris di tiap rumah, terlihat warga yang tengah menatah wayang kulit.

oleh Liputan6 diperbarui 19 Okt 2015, 06:30 WIB
Diterbitkan 19 Okt 2015, 06:30 WIB
Mengenal Desa Wayang, Pelestari Budaya Bangsa
Nyaris di tiap rumah, terlihat warga yang tengah menatah wayang kulit.

Liputan6.com, Wonogiri - Wayang telah diakui sebagai salah satu warisan budaya Indonesia oleh UNESCO.

Untuk mempertahankan budaya wayang, mayoritas warga sebuah desa di Kabupaten Wonogiri hingga kini lebih memilih berprofesi sebagai perajin wayang. Desa ini pun terkenal dengan sebutan Desa Wayang.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Senin (19/10/2015), Desa Kepuhsari, salah satu desa di Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri, merupakan sentra pembuatan wayang kulit.

Warga desa yang terletak di kawasan Perbukitan Karst dan banyak ditanami pohon jati, menggantungkan hidupnya menjadi perajin wayang kulit.

Nyaris di tiap rumah, terlihat warga yang tengah menatah wayang kulit. Bagi mereka, seni membuat wayang kulit merupakan keahlian turun-temurun.

Dari hasil menatah satu tokoh wayang, seorang penatah bisa mendapatkan upah 300 hingga Rp 400 ribu.

Meski sempat terkena dampak kenaikan harga bahan baku, seperti kulit kerbau atau pun pewarna, pesanan wayang masih tetap berjalan lancar.

Bagi warga Desa Kepuhsari, membuat wayang bukan hanya sekedar penopang kebutuhan hidup sehari-hari. Namun juga bermakna melestarikan salah satu warisan budaya Indonesia, sehingga keahlian menatah dan menyungging wayang tetap terjaga oleh generasi muda. (Nda/Ado)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya