Liputan6.com, New York - Kenaikan harga sejumlah komoditas pangan baru-baru ini telah memicu risiko inflasi lebih tinggi yang kemungkinan menimpa negara-negara berkembang. Meski demikian, saat ini sebagian pengamat pasar mulai merasa tidak begitu khawatir akan kenaikan tersebut.
Dilansir dari laman CNBC, Senin (31/3/2014), para analis mengatakan, harga-harga pasokan barang di sektor pertanian merupakan hal yang sangat penting pada perekonomian di negara-negara berkembang karena sebagian besar penduduknya hidup di bawah garis kemiskinan. Negara berkembang juga terkenal sangat rentan dalam menghadapi kenaikkan harga-harga pangan.
Di Brasil, harga kopi telah menembus level tertinggi dalam dua tahun terakhir bulan ini karena kekeringan yang ekstrim mendorong adanya penimpunan pasokan. Sementara itu harga sejumlah produk gandum meningkat hingga hampir 23% sejak akhir Januari.
Namun menurut lembaga penelitian, Capital Economics, meskipun harga-harga pangan di negara berkembang meningkat, tapi nilainya masih lebih rendah dibanding tahun lalu. Pernyataan tersebut membuat isu kenaikkan tingkat inflasi mereda.
"Kenaikkan tajam harga-harga pangan sejak awal tahun telah melemahkan pemahaman mengenai inflasi negara berkembang yang dipicu kenaikan nilai jual komoditas tersebut," ujar para analisis Capital Economics.
Meski demikian, para analis masih optimis menghadapi ancama tersebut. Namun jika harga pangan terus melonjak secara signifikan, ancaman inflasi negara berkembang bisa terjadi.
Cuaca ekstrim, harga minyak yang lebih tinggi, dan pergeseran fokus investor terhadap komoditas di tengah krisis keuangan global pada 2007 telah memicu lonjakan harga pangan. Setelah hampir stabil selama 20 tahun, indeks harga pangan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kembali meningkat lebih dari dua kali lipat antara 2007 dan 2008.
Sementara menurut Oakland Institute, tingginya harga pangan dapat menghantam perekonomian negara-negara berkembang dan menyebabkan banyak orang menderita kelaparan.
Pangan Jadi Ancaman Baru Buat Negara Berkembang
Kenaikan harga sejumlah komoditas pangan baru-baru ini telah memicu risiko inflasi lebih tinggi yang kemungkinan menimpa negara berkembang.
Diperbarui 31 Mar 2014, 13:18 WIBDiterbitkan 31 Mar 2014, 13:18 WIB
Seorang ibu pedangan sayuran di Pasar Blok A, Jakarta Selatan, mengaku harga cabai mencapai Rp.80 ribu per kilogramnya. Rabu (26/03/2014) (Liputan6.com/JohanTallo).... Selengkapnya
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
EnamPlus
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
2 Polisi jadi Tersangka Penganiayaan Anggota Satpol PP Sumba Barat
Bolehkah Sholat Tahajud setelah Witir di Bulan Ramadhan? Ini Kata UAS
Benarkah Makan Sahur Masih Diperbolehkan hingga Adzan Subuh Berakhir?
Gaya Necis AHY Jajan Gorengan Pedagang Kaki Lima, Adabnya Jadi Sorotan
Di Tengah Badai Pemecatan dan Krisis Hasil, Ruben Amorim Yakin Manchester United Masih di Jalur Kebangkitan
Memahami Arti Zakat: Kewajiban Suci dalam Islam
Prabowo Minta Percepatan Program Sekolah Rakyat, Mensos: Mulai Tahun Ajaran 2025-2026
Ada Penunjaman Lempeng Indo-Australia di selatan NTT, Pemicu Gempa M5,2 di Borong
Bacaan Doa Memohon Kebaikan dan Perlindungan dari Keburukan
Bumi Akan Kembali Memasuki Zaman Es Karena Ulah Manusia
Cara Bayar Zakat Fitrah dengan Uang 2025, Panduan Lengkap hingga Niatnya
Pernah Jadi Anggota Gangster hingga Syahadatkan Ribuan Mualaf, Simak Kisah Luar Biasa Shaykh Uthman ibn Farooq