Banjir Bikin Penjualan Semen Indonesia Naik Tipis

Manajemen PT Semen Indonesia Tbk memperkirakan penjualan semen akan pulih setelah pemilihan umum presiden rampung pada kuartal III 2014.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 07 Mei 2014, 13:43 WIB
Diterbitkan 07 Mei 2014, 13:43 WIB
Semen Indonesia
(foto: Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Cuaca ekstrem yang terjadi pada awal tahun ini membuat penjualan semen kurang bergairah. Pasalnya produsen semen tak mampu memacu distribusi secara maksimal ke sejumlah daerah di Indonesia.

Direktur Utama PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), Dwi Soetjipto melaporkan, penjualan semen sebesar 6,2 juta ton atau naik tipis 3,5% pada kuartal I 2014 dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 5,9 juta ton.

Kinerja ini menopang pendapatan perseroan yang tercatat sebesar Rp 6,17 triliun, meningkat 11,43% dengan laba bersih Rp 1,3 triliun di periode tiga bulan pertama ini. Sedangkan kuartal I 2013, pendapatan sebesar Rp 5,54 triliun, dan laba bersihnya Rp 1,23 triliun.

"Kuartal I ini memang ada perlambatan, karena penjualan semen nasional tumbuh 3,7%. Ini disebabkan karena ada masalah cuaca, banyak yang kena banjir sehingga aktivitas pembangunan menjadi terganggu," terang dia di acara Institusional Investor Day, Gedung BEI, Jakarta, Rabu (6/5/2014).

Diakui Dwi, distribusi produk semen perseroan juga mengalami gangguan akibat badai dan gelombang laut tinggi selama dua pekan pada awal tahun lalu. Sehingga menyebabkan kapal dilarang berlayar.

"Kami nggak bisa mengirim produk ke daerah lain. Tapi memang trennya kalau ada problem di satu bulan, maka akan naik di bulan berikutnya jadi bisa recover. Dan April lalu aktivitas produksi berkurang karena ada pemilu yang mengharuskan tenaga kerja pulang ke kampung halaman untuk nyoblos," jelas Dwi.

Meski demikian, dia optimistis pasar semen ke depan akan terus bertumbuh di kuartal III dan IV setelah pemilu presiden rampung. Perseroan mengasumsikan pertumbuhan semen 6% per tahun dengan konsumsi semen menembus 73,55 juta ton pada 2017. Menanjak dibanding posisi tahun lalu sebesar 58 juta ton.

Hingga Maret 2014, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini memimpin pangsa pasar semen nasional 43,8%. "Jika tidak ada penambahan kapasitas dikhawatirkan terjadi shortage semen pada masa mendatang dan akan menghambat pembangunan nasional," ucap Dwi.

Salah satu strateginya, kata dia, melakukan penambahan kapasitas pada pabrik yang terlah beroperasi serta membangun pabrik baru. Saat ini, Semen Indonesia sedang membangun pabrik baru di Jawa Tengah dan Sumatera Barat yang masing-masing berkapasitas 3 juta ton. Sedangkan nilai investasi keduanya di atas Rp 7 triliun.

"Juga dengan akuisisi penjualan semen dan menjajaki potensi kemitraan dengan membentuk perusahaan patungan. Cara ini dapat menggenjot kapasitas produksi mencapai 40,8 juta ton di 2017," tandas Dwi. (Fik/Ahm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya