Ali Wardhana, Menkeu Terlama Orde Baru Raih Penghargaan

"Pertama terjadi waktu saya masuk Departemen Keuangan umur saya masih 39 tahun. Jadi masih ingusan," ujar Mantan Menkeu Ali Wardhana.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 06 Jun 2014, 12:40 WIB
Diterbitkan 06 Jun 2014, 12:40 WIB
Ali Wardhana
(Foto: Pebrianto Wicaksono/Liputan6.com

Liputan6.com, Jakarta - Mantan menteri keuangan (Menkeu) Ali Wardhana mendapat penghargaan  Wirakarya Adhitama (Lifetime Achievement Award) dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia  dan Ikatan Lulusan Universitas Indonesia (ILUNI).

"Saya bangga bisa menerima penghargaan ini dari FEUI, saya harap generasi muda bisa lebih baik ke depannya," kata Ali dalam acara  Penganugerahan Penghargaan Wirakarya Adhitama" di CIMB Niaga Financial Club, di Jakarta, Jumat (6/6/2014).

Mantan menteri yang pernah menjabat selam 15 tahun dari 1968-1983 ini mengaku sempat di sepelekan khalayak saat baru menjabat sebagai Menteri Keuangan. Usia yang terhitung masih muda sebagai menteri membuat khalayak ragu terhadap kemampuannya. Bahkan dirinya sempat disebut menteri ingusan oleh salah satu surat kabar.
 
"Pertama terjadi waktu saya masuk Departemen Keuangan umur saya masih 39 tahun. Ada sebuah surat kabar di Jakarta nyebut saya menteri ingusan. Jadi masih ingusan sudah jadi menteri," tutur Ali, mengenang hal tersebut.

Lelaki berjenggot panjang ini menceritakan, saat memulai karir sebagai menteri keuangan, ada empat hingga lima seniornya yang jauh lebih senior dan disegani di jajaran Departemen Keuangan. Hal ini menambah tekanan untuk pria kelahiran 6 Mei 1928 ini.

"Saya baru tahu di Departemen Keuangan ada 4-5 sesepuh. Sesepuh ini sangat berkuasa di jajaran Departemen Keuangan. Waktu itu saya menyadari menteri ingusan dibandingkan dengan yang lebih tua," ungkapnya.

Selain itu, ia juga mengenang pernah mendapat nilai ragu-ragu dari begawan ekonomi Indonesia Soemitro Djojohadikoesomo, saat dirinya masih mengemban pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

"Yang namanya pada waktu itu kalau sudah selesai kuliah kalau mau ujian terserah kita kapan mengambil ujian itu. Tidak seperti sekarang kalau selesai kuliah langsung ujian tertulis. Pada waktu itu saya diberikan waktu memikirkan kapan menempuh ujian itu," paparnya.

Lebih lanjut ia menceritakan, saat menjelang ujian, Ali belajar bersama dengan temannya. Saat ujian ia ragu untuk menghadapi ujian. Keraguan itu tidak membuat dirinya untuk mundur menghadapi ujian.

"Saya ini merasa belum yakin kalau saya ujian bisa lulus. Jadi pada waktu itu saya bersama pak Wijoyo ditentir (tes) saya ragu apakah saya siap untuk ujian tapi saya tidak bisa jadi mahasiswa abadi kalau ujian tidak naik-naik. Pada waktu itu saya putuskan saya nekat sajalah mudah-mudahan bisa dulu itu ujian tidak tertulis tapi lisan dan kita ada kamar di Fakultas ekonomi Salemba ruangan khusus ujian dimana mejanya agak panjang didepan kita duduk guru besar," tutur Pria lulusan University of California di Berkeley.

Setelah diuji dia pun menunggu di luar ruangan. Setengah jam kemudian dia dipanggil Soemitro untuk mendengarkan hasil ujian. Ali lulus ujian namun dengan nilai ragu-ragu.

 "Pada waktu itu mahasiswa dipanggil tuan oleh  guru besar, tuan Ali Wardana silahkan menunggu di luar, saya mau sidang dewan guru besar. Setengah jam kemudian dipanggil lagi setelah dipertimbangkan tuan aliwardana lulus dengan yudisium sangat ragu-ragu," papar Ali sambil tertawa dan serentak Alumni UI di ruangan tersebut tertawa.

Ali adalah salah satu anggota penasehat ekonomi orde baru dan pernah menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Industri dan Pengawasan Pembangunan selama lima tahun antara tahun 1983-1988.

Sebelumnya Ali pernah menjadi Menteri Keuangan selama 15 tahun untuk periode 1968-1983. Pria kelahiran Solo ini juga pernah menjabat sebagai dekan FEUI selama 10 tahun selama 1967-1978.

Pada September 1971, ia terpilih sebagai Ketua Board of Governors Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional untuk periode 1971-1972, jabatan yang pernah dipegang Pak Ali menggambarkan bahwa pak Ali adalah sosok multipower yaitu sosok yang pernah memegang tiga jabatan penting.

Sebagai Menteri Keuangan, Ali berperan besar untuk meredam Hyper Inflation dalam dua tahun pada periode 1966-1968.
Pada 1966, inflasi pernah mencapai 650%, pada 1967 laju inflasi diturunkan menjadi 112% dan menjadi 85% pada 1968 dan kembali turun drastis ke 10% pada 1969.

Ali juga memperkenalkan disiplin fiskal APBN dengan kebijakan kebijakan yang dibuatnya. Indonesia berhasil memanfaatkan " Rejeki Uang Minyak" selama periode oil boom pada 1973-1982 bagi penguatan pembangunan nasional dan berhasil menghindari dampak negatif the dutch disease yang pernah terjadi di Nigeria dan Iran.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya