Liputan6.com, Bojonegoro - Tersembunyi di antara rimbunnya hutan jati dan pegunungan di Kabupaten Bojonegoro, Dusun Malangbong menyimpan fenomena sosial yang tidak biasa. Dusun yang berada di Desa Panjang, Kecamatan Kedungadem ini memiliki penduduk yang 90 persen.
Mengutip dari berbagai sumber, Malangbong hanya dihuni sekitar 60 kepala keluarga dengan dominasi penduduk perempuan yang sangat menonjol. Keberadaan laki-laki di dusun ini menjadi pemandangan yang langka karena sebagian besar telah merantau ke berbagai kota besar untuk mencari penghidupan yang lebih baik.
Advertisement
Lokasi Dusun Malangbong terbilang terpencil, berjarak 13 kilometer dari kantor kecamatan Kedungadem. Perjalanan menuju dusun ini harus melalui medan jalanan terjal, tanah berbatu, dan dikelilingi hutan jati serta jurang.
Advertisement
Baca Juga
Meskipun saat ini jalanan sudah diperbaiki dengan batako semen, tetapi karakteristik daerah pegunungan tetap memberikan pemadangan yang berbeda bagi siapa saja yang ingin berkunjung. Keterisolasian Dusun Malangbong juga tampak dari minimnya akses komunikasi.
Sinyal telepon dan internet sangat terbatas, membuat warga harus berjalan cukup jauh keluar dari dusun untuk dapat berkomunikasi dengan dunia luar. Para perempuan Malangbong mengambil peran ganda dalam kehidupan sehari-hari.
Mereka tidak hanya mengurus rumah tangga dan membesarkan anak, tetapi juga menjadi tulang punggung ekonomi keluarga. Aktivitas mereka meliputi bertani, beternak, dan mengolah hasil hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Kehidupan di Dusun Malangbong masih sangat bergantung pada alam. Sebuah sendang atau mata air yang tidak pernah kering menjadi sumber kehidupan utama warga.
Air dari sendang ini digunakan untuk berbagai keperluan. Mulai dari memasak, mandi, hingga mengairi lahan pertanian mereka yang berada di sekitar dusun.
Tradisi dan budaya di Malangbong masih terpelihara dengan baik meskipun berada jauh dari hiruk pikuk kehidupan modern. Salah satu tradisi yang masih dijaga adalah menyediakan kendi berisi air segar di setiap rumah untuk menyambut tamu.
Penulis: Ade Yofi Faidzun