Setumpuk Masalah Energi yang Terjadi di Indonesia

Konversi bahan bakar minyak ke bahan bakar gas dinilai terlalu banyak wacana sehingga jumlah kendaraan yang pakai BBG tak sampai 20 persen.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 19 Jun 2014, 13:18 WIB
Diterbitkan 19 Jun 2014, 13:18 WIB
Rayu Investor Bangun Pembangkit, ESDM Bikin Acuan Harga Batu Bara
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tidak menyamakan harga batu bara dengan harga Internasional.

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (IRESS)  Marwan Batubara menjabarkan segudang masalah energi kepada tim sukses kedua calon presiden dan wakil presiden.

Pihaknya telah melakukan kajian mengenai masalah di sektor energi. Marwan mengungkapkan, permasalahan  minyak dan gas di hulu yaitu regulasi tidak sesuai konstitusi bahkan dikatakan liberal, penemuan eksplorasi masih rendah, infrastruktur gas terbatas dan pembangunan stagnan.

"Kebijakan open access dan unbundling membuat pelayanan berkurang. Alokasi gas bermasalah, BUMN yang posisi marginal dibanding asing. Blok migas habis masa kontrak rawan terjadi KKN. Ada juga masalah mafia minyak dan juga asing ikut berperan," papar Marwan, dalam seminar solusi permasalahan energi nasional Prabowo Hatta dan Jokowi Jk, di gedung MPR, Jakarta, Kamis (19/6/2014).
.
Dalam seminar yang dihadiri kedua tim sukses calon pemimpin bangsa tersebut, Marwan menambahkan, untuk permasalahan batu bara adalah, tidak optimalnya penerapan Undang-undang Mineral dan Batu bara.

"Kita punya Undang-undang minerba tidak bisa optimal, renegosiasi sampai sekarang tidak diterapkan," tutur Marwan.

Untuk permasalahan di hilir, seperti penyerapan Bahan Bakar Nabati (BBN) tidak adanya kejelasan regulasi, rencana dan peraturan yang lengkap. Marwan mengungkapkan, subsidi BBM masih menjadi sumber masalah keuangan negara ini, 80 persen subsidi tidak tepat sasaran hal ini membuat tingkat kemiskinan terus naik.

"Tidak tepat sasaran sekitar 80 persen, kemiskinan tinggi. 0,41, makin senjang. Besaran subsidi menimbulkan defisit perdagangan, defisit anggaran sehingga secara langsung menurunkan kurs," ungkapnya.

Selain itu, ada juga permasalahan konversi Bahan Bakar Minyak (BBM) ke Bahan Bakar Gas (BBG) yang jalan di tempat. Hal ini disebabkan olah pembangunan infrastruktur yang tidak serius.

"Tidak ada road map, terlalu banyak berwacana, rencananya sejak 1995, tapi tidak ada 20 persen kendaraan yang pakai BBG," pungkasnya.

Seperti diketahui, kedua capres ini akan mengikuti debat putaran kelima pada 5 Juli 2014 yang bertemakan Pangan, Energi dan Lingkungan.  (Pew/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya