Gara-gara Calo, Pedagang Ogah Jual Daging Lokal

Pedagang di Jakarta saat ini lebih memilih sapi potong impor dibandingkan sapi lokal.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 27 Jun 2014, 14:00 WIB
Diterbitkan 27 Jun 2014, 14:00 WIB
Segera Beli Daging Sapi Sebelum Mahal
Daging sapi menjadi daging yang banyak dicari menjelang Idul Fitri, Pasar Senen, Jakarta, Rabu (25/6/2014) (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Berbeda dengan harga bawang merah dan bawang putih yang mengalami kenaikan, harga daging sapi di pasar tradisional menjelang puasa tahun ini justru merosot. Ini disebabkan karena pemerintah rajin mengimpor sapi potong untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Dari pantauan Liputan6.com di Pasar Palmerah, Jakarta, harga daging sapi mengalami penurunan dari Rp 100 ribu per kilogram (kg) menjadi sekitar Rp 90 ribu-95 ribu per kilo. Harga itu dibanderol untuk daging sapi nomor wahid.

"Kan udah banyak sapi hidup impor dari Australia dan New Zealand sehingga harga bisa lebih murah. Jadi di Indonesia tinggal digemukin saja selama 122 hari, lalu dipotong di Rumah Pemotongan Hewan (RPH)," terang salah satu pedagang H. Ato Suharta (50) saat ditemui di Pasar Palmerah, Jumat (27/6/2014).

Lebih jauh kata dia, pedagang di Jakarta saat ini lebih memilih sapi potong impor dibandingkan sapi lokal dari Pulau Jawa, seperti Nganjuk, Madiun, Tulung Agung dan sentra lainnya.

"Kalau sapi dari Jawa harganya selangit karena banyak calo. Jadi satu sapi calonya bisa 3-4 orang. Peternak tinggal ungkang-ungkang kaki di rumah, ah yang jual si belantik (calo) itu," keluhnya.

Ato mengaku, calo-calo tersebut memperoleh keuntungan berlipat dari hasil penjualan sapi itu. Bayangkan, dia bilang, satu calo pemegang tambang saja bisa mengantongi pendapatan Rp 1 juta.

"Mereka bisa dapat keuntungan Rp 1-2 juta per satu ekor sapi. Misalnya harga sapi hidup harusnya Rp 7-8 juta, tapi dijual Rp 10 juta. Belum lagi ada potensi sapi gelonggongan untuk menaikkan bobot sapi," jelasnya.

Dia menilai, tak ada perbedaan antara kualitas sapi hidup impor dengan lokal. Sapi impor, sambungnya, diberi makan rumput yang dikeringkan. Sementara sapi hidup lokal terbiasa makan rumput segar.

"Kualitas sama saja kok, kecuali impor daging beku. Kalau peminat sapi hidup lokal masih ada misalnya di daerah pinggiran, seperti Bekasi, Bogor, Bandung dan daerah lain," kata Ato.

Dia memperkirakan, harga daging sapi akan terus menurun apabila pemerintah mengimpor sapi potong. Namun sulit untuk bisa menyentuh harga terendah pada 2007-2009 sebesar Rp 55 ribu per kilo.

"Sapi potong impor memang susah masuk di Jawa karena akan mematikan peternak lokal. Makanya masuk di kota-kota besar, seperti Jakarta," tutup Pria yang mampu menjual 5 kwintal atau dua ekor sapi per hari ini. (Fik/Nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya