Liputan6.com, Jakarta Berbeda dengan harga bawang merah dan bawang putih yang mengalami kenaikan, harga daging sapi di pasar tradisional menjelang puasa tahun ini justru merosot. Ini disebabkan karena pemerintah rajin mengimpor sapi potong untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Dari pantauan Liputan6.com di Pasar Palmerah, Jakarta, harga daging sapi mengalami penurunan dari Rp 100 ribu per kilogram (kg) menjadi sekitar Rp 90 ribu-95 ribu per kilo. Harga itu dibanderol untuk daging sapi nomor wahid.
"Kan udah banyak sapi hidup impor dari Australia dan New Zealand sehingga harga bisa lebih murah. Jadi di Indonesia tinggal digemukin saja selama 122 hari, lalu dipotong di Rumah Pemotongan Hewan (RPH)," terang salah satu pedagang H. Ato Suharta (50) saat ditemui di Pasar Palmerah, Jumat (27/6/2014).
Lebih jauh kata dia, pedagang di Jakarta saat ini lebih memilih sapi potong impor dibandingkan sapi lokal dari Pulau Jawa, seperti Nganjuk, Madiun, Tulung Agung dan sentra lainnya.
"Kalau sapi dari Jawa harganya selangit karena banyak calo. Jadi satu sapi calonya bisa 3-4 orang. Peternak tinggal ungkang-ungkang kaki di rumah, ah yang jual si belantik (calo) itu," keluhnya.
Ato mengaku, calo-calo tersebut memperoleh keuntungan berlipat dari hasil penjualan sapi itu. Bayangkan, dia bilang, satu calo pemegang tambang saja bisa mengantongi pendapatan Rp 1 juta.
"Mereka bisa dapat keuntungan Rp 1-2 juta per satu ekor sapi. Misalnya harga sapi hidup harusnya Rp 7-8 juta, tapi dijual Rp 10 juta. Belum lagi ada potensi sapi gelonggongan untuk menaikkan bobot sapi," jelasnya.
Dia menilai, tak ada perbedaan antara kualitas sapi hidup impor dengan lokal. Sapi impor, sambungnya, diberi makan rumput yang dikeringkan. Sementara sapi hidup lokal terbiasa makan rumput segar.
"Kualitas sama saja kok, kecuali impor daging beku. Kalau peminat sapi hidup lokal masih ada misalnya di daerah pinggiran, seperti Bekasi, Bogor, Bandung dan daerah lain," kata Ato.
Dia memperkirakan, harga daging sapi akan terus menurun apabila pemerintah mengimpor sapi potong. Namun sulit untuk bisa menyentuh harga terendah pada 2007-2009 sebesar Rp 55 ribu per kilo.
"Sapi potong impor memang susah masuk di Jawa karena akan mematikan peternak lokal. Makanya masuk di kota-kota besar, seperti Jakarta," tutup Pria yang mampu menjual 5 kwintal atau dua ekor sapi per hari ini. (Fik/Nrm)
Gara-gara Calo, Pedagang Ogah Jual Daging Lokal
Pedagang di Jakarta saat ini lebih memilih sapi potong impor dibandingkan sapi lokal.
diperbarui 27 Jun 2014, 14:00 WIBDiterbitkan 27 Jun 2014, 14:00 WIB
Daging sapi menjadi daging yang banyak dicari menjelang Idul Fitri, Pasar Senen, Jakarta, Rabu (25/6/2014) (Liputan6.com/Faizal Fanani)
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
H-1 Libur Nataru, Lalu Lintas Meningkat di Gerbang Tol Trans Jawa
Dapat Tawaran Boyong Christopher Nkunku dari Chelsea, Barcelona Mau Tampung?
Kiprah Berau Coal Ikut Terlibat Bantu Korban Bencana Alam di Sukabumi
Ratusan Penumpang Tertahan di Kuala Tungkal Akibat Kapal Rusak, KPLP Tanjung Uban Kerahkan KN Sarotama
Benarkah Uang Suami Sepenuhnya Milik Istri? Begini Pandangan Islam
Pertunjukan Wayang Kulit Ki Anom Dwijo Kangko Sukses Meriahkan HUT ke-129 BRI
Wapres Gibran Sapa Jemaat Natal di GBI Solo, Sampaikan Pesan soal Toleransi
Adu Bucin Song Joong Ki versus Hyun Bin, Keluarga Jadi Prioritas Pertama
100 Kata-Kata Cinta Bulshit Bahasa Inggris dan Artinya, Ungkapan Penuh Sindiran
Detik-Detik Kakek 80 Tahun Meninggal dalam KM Gregorius
Rifqi Tersingkir, Wakil Indonesia Habis di Men's World Tennis Championship 2024 Seri Kedua
222 Kata yang Berakhiran IK untuk Referensi Menulis dan Berbahasa