Gara-gara Larang Ekspor Mineral, RI Diserang AS dan Jepang

Banyak negara di dunia kaget karena Indonesia berani menerapkan larangan ekspor mineral mentah

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 01 Jul 2014, 19:30 WIB
Diterbitkan 01 Jul 2014, 19:30 WIB
Tambang Freeport
Ilustrasi Pertambangan (Foto:Antara)

Liputan6.com, Jakarta- Pemerintah Indonesia mendapat serangan dari Amerika Serikat (AS) dan Jepang atas keputusannya menerapkan pelarangan ekspor mineral mentah sesuai dengan Undang-undang (UU) Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral Batu Bara.

Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik mengatakan, serangan tersebut terjadi pada forum internasional di Beijing. Kedua negara tersebut tidak senang dengan penerapan ekspor mineral mentah karena dapat mengganggu aktivitas produksi kedua negar aitu

"Itu timnya Jepang dan timnya Amerika Serikat masih menyerang saya juga di Beijing itu. Mereka tidak happy atas larangan ekspor mineral. You boleh tidak happy yang penting negara lain happy. Sulit untuk negeri kita, bagi negara lain menggangu produksinya sementara," kata Jero di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (1/7/2014).

Menurut Jero, penerapan pelarangan ekspor mineral yang dimulai 12 Januari 2014 tersebut menjadi sorotan negara lain dalam forum ini. Pasalnya, banyak yang tidak percaya pemerintah Indonesia setegas itu.

"Kebijakan penerapan UU Minerba, Indonesia jadi topik hangat. Banyak negara di dunia kaget karena menerapkan larangan ekspor mineral mentah," ungkapnya.

Ia menambahkan, penerapan larangan tersebut merupakan maksud baik, untuk menjaga kelestarian lingkungan, selain itu juga untuk meningkatkan nilai tambah.

"Larang ekspor Tanah Air bikin geger dunia. Tapi niat kita baik, menjaga lingkungan meningkatkan nilai tambah, lebih baik secukupnya diolah barang jadi. Barang setengah jadi setelah mahal baru diekspor, tentu ini baik sekali, saya pasang badan tentang itu," pungkasnya.

Jero mengungkapkan, kelestarian lingkungan Indonesia tidak hanya bermanfaat bagi Indonesia saja, tetapi juga bagi negara lain. (Pew/Ndw)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya