Dolar Jadi Primadona, Rupiah Masih Tertekan

Penguatan dolar akibat spekulasi para pelaku pasar menghadapi pertemuan The Fed juga terus menjadi tekanan tersendiri bagi rupiah.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 17 Sep 2014, 10:50 WIB
Diterbitkan 17 Sep 2014, 10:50 WIB
Ilustrasi Pantau Rupiah
Ilustrasi Pantau Rupiah (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Menghadapi pertemuan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) yang rencananya digelar hari ini, nilai tukar rupiah terus melemah tipis sejak awal pekan. Penguatan dolar akibat spekulasi para pelaku pasar menghadapi pertemuan tersebut juga terus menjadi tekanan tersendiri bagi rupiah.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), Rabu (17/9/2014) menunjukkan nilai tukar rupiah melemah tipis ke level 11.908 per dolar AS. Meski tak menunjukkan pergerakan signifikan, tapi rupiah terus berfluktuasi melemah.

Sementara data valuta asing (valas) Bloomberg, menunjukkan rupiah sempat dibuka menguat di level 11.927 per dolar AS. Pada perdagangan sebelumnya, rupiah ditutup di level 11.971 per dolar AS.

Rupiah tercatat sempat menguat dan menyentuh level 11.895 per dolar AS pada perdagangan pukul 08:18 waktu Jakarta. Hingga menjelang siang, nilai tukar rupiah belum bergerak secara signifikan dan masih berkutat di kisaran 11.895 - 11.930 per dolar AS.

"Kamis ini The Fed akan mengumumkan hasil pertemuan yang akan dimulai hari ini. Spekulasi para pelaku pasar terhadap kebijakan dana stimulus dan kenaikan suku bunga The Fed mendorong dolar terus menguat karena dinilai sebagai safe heaven currency," terang Analis Valuta Asing PT Bank Mandiri Tbk, Renny Eka Putri saat dihubungi Liputan6.com.

Dia menjelaskan, saat ini The Fed telah menarik dana stimulusnya hingga hanya tersisa US$ 25 miliar per bulan. Kemungkinan The Fed akan kembali mengurangi aliran dana stimulusnya sebesar US$ 10 miliar dan benar-benar menghentikannya akhir tahun ini.

Sementara dari dalam negeri, Renny memandang tidak terlalu banyak sentimen yang dapat menggerakan rupiah. Sejauh ini, faktor eksternal masih tercatat lebih mempengaruhi rupiah mengingat pergerakannya masih berada di bawah kendali Bank Indonesia.

"Data-data ekonomi Indonesia masih terpantau baik, inflasi masih stabil dan transaksi perdagangan juga tercatat surplus," katanya.

Sepekan ke depan, Renny memprediksi rupiah akan bergerak di kisaran 11.820 hingga 11.963 per dolar AS. (Sis/Ndw)

 

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya