Produk UMKM Semarang Berkualitas Tapi Tak Dikenal

Produk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Kota Semarang dinilai banyak yang berkualitas dan bahkan telah diekspor.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 17 Sep 2014, 12:01 WIB
Diterbitkan 17 Sep 2014, 12:01 WIB
perajin-lem2-130613b.jpg
"Prediksi kami ongkos produksi akan melambung" ujar Kurniawan Saprizal (42) pria asal Padang, salah satu pemilik UKM di kawasan PIK.(Liputan6.com/Abdul Aziz Prastowo)

Liputan6.com, Semarang - Produk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Kota Semarang dinilai banyak yang berkualitas dan bahkan telah diekspor, namun sayang belum dikenal masyarakat lokal. Data di Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang, pertumbuhan usaha telah mencapai 2,3 persen per tahun.

Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang, Litani Satyawati mengakui, hal itu dan menilai perlu campur tangan pemerintah untuk menanamkan rasa memiliki dan bangga terhadap produk-produk lokal.

"Masyarakat perlu dibangkitkan rasa mencintai serta bangga akan produk-produk lokal Kota Semarang," kata Litani, Rabu (17/9/2014) kepada Liputan6.com.

Dari evaluasi lembaganya, Litani menilai bahwa produk-produk lokal Semarang memiliki kualitas yang tidak kalah dengan produk luar.


“Produk-produk lokal sangat berkualitas dan harganya bersaing. Kami ingin bekerja sama dengan kecamatan-kecamatan untuk mengangkat produk-produk unggulan lokal Semarang agar lebih berkembang,” katanya.

Peningkatan kemampuan UMKM menjadi sangat penting mengingat tahun 2015 Kota Semarang sudah akan menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau perdagangan bebas kawasan ASEAN. Masyarakat harus terus didorong menggunakan produk-produk lokal sehingga warga tidak sekadar menjadi obyek pasar, tetapi menjadi pelaku pasar.

"Persoalannya, UMKM untuk bisa berkembang masih terkendala persoalan klasik, yaitu keterbatasan modal dan kesulitan pemasaran," tambahnya.

Karena itulah, Dinkop dan UMKM Kota Semarang akan berusaha membantu memperluas peluang pasar UMKM di Kota Semarang khususnya di dalam kota agar semakin dikenal dan masyarakat merasa memiliki.

"Secara teknis yang sederhana misalnya dengan memberi pengetahuan sistem pemasaran secara online, menggelar kegiatan bazar, dan kontak dagang dengan daerah lain," kata Litani.

Untuk membantu kesulitan modal yang dihadapi UMKM, upaya yang dilakukan dengan memberikan bantuan dana bergulir yang alokasinya mencapai Rp 4 miliar. Pertumbuhan dana bergulir ini sekarang telah mencapai hampir Rp 17 miliar yang menunjukkan bantuan ini mampu menghidupkan UMKM. Tidak hanya kepada UMKM dana bergulir ini juga diberikan kepada koperasi. (Edhie Prayitno/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya