Hadapi MEA 2015, UMKM Harus Bermitra dengan Korporasi Besar

Dengan bermitra, pelaku UMKM tidak merasa sendirian dan bisa meningkatkan daya saing serta kualitas.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 18 Sep 2014, 10:51 WIB
Diterbitkan 18 Sep 2014, 10:51 WIB
Festival Kreatif 2014 Pamerkan Ratusan Produk Nusantara
Di festival bertema "Kreasi Tanpa Batas dalam Bentuk Corak dan Warna" ini juga ada produk kerajinan untuk rumah tangga dari rotan, kayu, dan lainnya, Jakarta, Senin (14/7/14). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Semarang - Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Semarang diminta bersiap. Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan menjalin kerja sama dengan perusahaan besar ataupun BUMN.

Pemikiran itu disampaikan Asisten Bidang Perekonomian, Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Kota Semarang, Ayu Entys. Menurutnya, jalinan kemitraan tersebut diyakini mampu membuat UMKM lebih bersaing.

”Dengan bermitra, pelaku UMKM tidak merasa sendirian. Mereka bisa meningkatkan daya saing serta kualitas bersaing dengan produk dari negara ASEAN lainnya yang nantinya membanjiri pasar Kota Semarang,” kata Ayu, Kamis (18/9/2014).

Sebagai pembina, pemerintah  berupaya menyongsong MEA dengan mengajak UMKM tidak hanya menjadi penonton. Melainkan juga pemain pasar bebas ASEAN. Yakni melalui beberapa program pengembangan ekonomi mikro dan kecil berupa fasilitas kemitraan UMKM.

Menurut Ayu, pemkot bertugas mengingatkan. Nantinya, ia tidak bisa membendung derasnya barang dan jasa asing yang masuk. Barang impor dan tenaga kerja asing dengan mudahnya masuk ke Semarang. Untuk itu, diperlukan kesiapan sejak dini menghadapi persaingan yang semakin ketat.

"Selama ini pelaku UMKM masih dihadapkan pada banyak permasalahan. Antara lain, kemampuan permodalan membuat mereka sulit memenuhi permintaan pasar dalam jumlah besar," kata Ayu.

Pembayaran oleh pembeli yang berperan sebagai pedagang perantara terdapat tempo yang lama antara satu sampai dua bulan, sehingga menyebabkan struktur modal kerja semakin lemah. Kemudian, mereka belum mengerti akan pentingnya kemasan.

Beberapa UMKM masih menghasilkan produk dengan kemasan yang kurang berkualitas. Selain itu, kebanyakan mereka belum memahami manajemen usaha dan pemasaran yang baik. Akibat, lemahnya manajemen usaha UMKM mereka dinilai tidak layak mengakses perbankan (bankable) meskipun usahanya memiliki prospek yang baik. (Edhie Prayitno Ige/Gdn)


*Bagi Anda yang ingin mengikuti simulasi tes CPNS dengan sistem CAT online, Anda bisa mengaksesnya di Liputan6.com melalui simulasicat.liputan6.com. Selamat mencoba!

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya