Liputan6.com, Beijing - Jika di Indonesia masih gonjang-ganjing membahas kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Pemerintah di Negeri Tirai Bambu justru menurunkan harga jual BBM di SPBU yang berlaku mulai Sabtu, 1 November 2014.
Ini adalah ketujuh kalinya sejak Juli China menurunkan harga BBM-nya karena harga minyak mentah internasional terus merosot. Maklum, harga BBM di China sudah keekonomian dan tidak disubsidi sehingga harga akan terus berfluktuatif mengikuti pergerakan harga global. Berbeda dengan Indonesia yang harga jualnya masih lebih rendah dari biaya produksi.
Baca Juga
Dilansir dari Xinhua, Sabtu (1/11/2014), Komisi Nasional Pembangunan dan Reformasi (National Development and Reform Commission/NDRC) China dalam pengumumannya menyebutkan adanya penurunan harga eceran bensin 245 yuan per ton atau sekitar Rp 484.348 (kurs: Rp 1.976,9 per yuan) dan solar 235 yuan per ton atau Rp 464.579.
Advertisement
Penyesuaian itu efektif pada hari Sabtu, berarti harga eceran akan turun 0,18 yuan per liter atau Rp 355,8 untuk bensin dan 0,2 yuan per liter atau Rp 395,3 untuk solar
Penurunan harga ini akan membuat harga BBM eceran di bawah 7 yuan per liter di sebagian besar wilayah China. Di Beijing, harga eceran maksimum per liter akan jatuh ke 6,92 yuan, sedangkan harga solar akan turun menjadi 6,84 yuan.
China telah merevisi mekanisme penetapan harga BBM terbaru sejak Maret tahun lalu. Dengan mekanisme baru itu, harga BBM yang ditetapkan memperhitungkan perubahan harga rata-rata di pasar global selama 10 hari kerja sebelum harga bahan bakar disesuaikan, dari sebelumnya 22 hari kerja. Hal itu dilakukan untuk lebih mencerminkan perubahan dalam pasar minyak global.
Harga BBM di China berubah jika ada perubahan harga minyak dunia lebih dari 50 yuan per ton dalam 10 hari kerja. Sebelumnya, penetapan harga BBM di negeri Tirai Bambu itu akan disesuaikan bila harga minyak Brent, Dubai dan minyak mentah China berubah lebih dari 4% selama 22 hari kerja. (Ndw)