Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah tengah mengkaji tiga opsi kebijakan harga bahan bakar minyak (BBM) baru, yakni subsidi tetap, penurunan harga serta pencabutan subsidi. Ekonom berpendapat lebih baik menerapkan subsidi tetap ketimbang menurunkan harga BBM subsidi.
"Kalau menurut saya lebih bagus subsidi tetap," ujar Ekonom Standard Chartered Bank, Eric Sugandhi kepada Liputan6.com, Jakarta, seperti ditulis Jumat (19/12/2014).
Ketiga opsi kebijakan harga BBM baru itu digodok mengingat fluktuasi dari nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) serta penurunan harga minyak dunia sampai di bawah US$ 70 per barel.
Kata Eric, pemerintah dapat mematok besaran subsidi BBM yang sanggup ditanggung negara. Artinya dengan subsidi tetap, harga BBM akan sama seperti Pertamax yang turun naik mengikuti mekanisme pasar.
"Sanggupnya subsidi sekian misalnya, lalu sisanya bergerak sesuai mekanisme pasar. Ketika harga minyak turun, kita nggak mesti turunin dan ketika naik nggak mesti naikin. Jadi nggak setiap kali pengumuman (kenaikan harga BBM) ada demo," tegas dia.
Menurutnya, kebijakan subsidi tetap dapat memberi kepastian pemerintah jumlah anggaran subsidi yang bisa dihemat untuk membangun infrastruktur. Dan pada akhirnya bisa menciptakan lapangan kerja dan mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
"Setiap kebijakan publik tidak menyenangkan orang, tapi asalkan dana pengalihannya jelas mau buat apa, masyarakat pasti mengerti. Sebab dengan membangun infrastruktur, multiplier effect-nya untuk tenaga kerja," ujar dia.
Eric mengaku belum menghitung besaran nominal yang tepat untuk mensubsidi BBM masyarakat. Namun wacana yang beredar, subsidi tetap akan dipatok Rp 1.000.
"Sedangkan realisasinya makin cepat makin baik. Tapi itu satu paket dengan pembahasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2015," tuturnya.
Kebijakan subsidi tetap jauh lebih baik dibanding pemerintah memberlakukan penurunan harga BBM subsidi pada akhir tahun ini. "Nurunin harga BBM subsidi sih bisa saja, tapi nanti DPR bilang sudah tahu harga minyak turun, kenapa mesti ada kenaikan harga BBM subsidi," pungkas Eric. (Fik/Gdn)
Subsidi Tetap Lebih Baik Dibanding Turunkan Harga BBM
Pemerintah dapat mematok besaran subsidi BBM yang sanggup ditanggung negara.
diperbarui 19 Des 2014, 10:21 WIBDiterbitkan 19 Des 2014, 10:21 WIB
SPBU di kawasan Radio Dalam, Jakarta, memasang papan informasi bertuliskan “Kuota Premium Subsidi Hari Ini Habis, Tersedia Pertamax”, Jakarta, Senin (25/8/14). (Liputan6.com/Andrian M Tunay)
Advertisement
Live Streaming
Powered by
Video Pilihan Hari Ini
Video Terkini
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Ridwan Kamil-Suswono Hadir, Atribut Partai Pendukung Warnai Lokasi Debat Pilkada Jakarta 2024
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Perkuat Kerja Sama Pengawasan Sektor Jasa Keuangan dengan Financial Supervisory Service (FSS) Korea
Tribute to Chrisye, Perayaan Tahun Baru Penuh Nostalgia di The Westin Surabaya
Debat Terakhir Pilkada Jakarta, Kepolisian Batasi 100 Pendukung Sambut Kedatangan Paslon
Memahami Pensiun dan Panduan Lengkap Persiapan Masa Depan
Strategi Neta untuk Terus Edukasi Konsumen soal Fitur ADAS
Bedol Desa, Ruben Amorim Ajak 5 Staf ke Manchester United
KPU Sosialisasikan Teknis Pemungutan dan Penghitungan ke Warga Binaan di Lapas Kelas IIA Banyuwangi
Pahami Kode Ini Sebelum Cek Pengumuman SKD CPNS 2024
VIDEO: Menelusuri Sejarah di Sangiran Lewat Festival Jerami Purba
Bersiap Hadapi Krisis di Bumi, Tilik Potensi Green Jobs dan Ekonomi Sirkular di Langkah Membumi Festival 2024
Prilly Latuconsina Bahas Soal Jodoh, Spill Kriteria Pria Idaman yang Masih Belum Hadir dalam Hidupnya