Reaksi Pemerintah Diminta Stop Impor Premium

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil menegaskan selama ini Indonesia sudah mengimpor bahan bakar minyak (BBM) beroktan 92.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 19 Des 2014, 15:18 WIB
Diterbitkan 19 Des 2014, 15:18 WIB
Tanggapan Jokowi Mengenai BBM
Pemerintah kembali melakukan pengendalian konsumsi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dengan menghapus premium di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang berada di jalan tol mulai 6 Agustus 2014.
Liputan6.com, Jakarta - Rekomendasi Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi yang dipimpin Faisal Basri mengusulkan pemerintah untuk menghentikan impor jenis bahan bakar minyak (BBM) jenis Ron 88 atau Premium. Lantas apa tanggapan pemerintah?.
 
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil menegaskan selama ini Indonesia sudah mengimpor bahan bakar minyak (BBM) beroktan 92 atau Pertamax.
 
"Selama ini nggak ada impor BBM Ron 88, tapi kita impor jenis yang lebih tinggi dari itu," ungkap dia saat ditemui di kantornya, Jakarta, Jumat (19/12/2014).
 
Sayangnya, katanya, kilang nafta Indonesia bermasalah dengan kualitas pengolahan yang sangat rendah. "Karena kilang kita rendah, jadi harus dicampur. Kalau tidak, kilang domestik nggak bisa dipakai sama sekali," ujar Sofyan.
 
Sementara untuk penetapan subsidi jenis BBM, dia memastikan pemerintah tak akan menanggung subsidi BBM Ron 92 alias Pertamax. "Subsidinya tetap dalam skala itu (Ron 88 atau Premium)," cetus dia. 
 
Sebelumnya Anggota Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi, Djoko Siswanto mengungkapkan, dengan mengimpor BBM kadar ron 92 atau sekelas Pertamax akan memudahkan pengadaan BBM. Hal itu karena tidak perlu lagi melakukan perubahan Ron yang dilakukan di Singapura.
 
"Pokoknya kita rekomendasikan tidak ada lagi impor Ron 88.  Sudah tidak ada lagi, dari pada nyampur-nyampur, biar kita gampanglah," kata Djoko.
 
Menurut Djoko, impor BBM dengan kadar Ron 92, membuat Indonesia melepas ketergantungan BBM dari Singapura. Lantaran hanya negara Singapura tersebut yang memproduksi BBM kadar Ron 88, yang kita nikmati saat ini.
 
"Sekarang kita ketergantungan satu tempat Ron 88," tegasnya. (Fik/Nrm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya