Liputan6.com, London - Siapa sangka, makanan busuk dan tak layak konsumsi kini memuncak menjadi masalah bernilai US$ 400 miliar atau Rp 5.171,6 triliun (kurs: Rp 12.929/US$). Laporan terbaru dari organisasi nirlaba di Inggris, Waste & Resources Action Programme, itu merupakan total harga seluruh makanan yang terbuang sia-sia di berbagai penjuru dunia.
Mengutip laman Money CNN, Jumat (27/2/2015), sebagian besar makanan yang terbuang tercatat berada di kawasan Asia, disusul Eropa dan Amerika Timur.
Laporan tersebut berdasarkan estimasi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) bahwa warga dunia membuang 280 juta tin makanan setiap tahun. Sebagai perbandingan, seluruh makanan yang dibuang tersebut setara 560 kali lipat isi stadium MetLife di New Jersey.
Advertisement
Organisasi yang lebih sering disebut WRAP itu juga melaporkan, makanan bernilai ratusan triliun tersebut sebenarnya dapat disimpan andai saja warga dunia lebih berhati-hati.
"Kebiasaan praktis seperti menurunkan suku rata-rata lemari pendingin, atau mengemas makanan lebih tertutup dapat membantu makanan bertahan lebih lama dan tak terbuang percuma," ungkap organisasi tersebut dalam keterangan tertulisnya.
WRAP memprediksi, 25 persen dari seluruh makanan yang terbuang di negara berkembang dapat dapat dihindari dengan lemari pendingin yang lebih baik. Tapi masalahnya ternyata tak hanya berkutat pada kecerobohan para konsumen makanan.
Sayuran dan makanan juga dapat rusak selama proses pengemasan atau distribusi. PBB memperkirakan, 415 juta ton makanan terbuang setelah panen sebelum sempat sampai ke tangan para konsumen. (Sis/Ndw)