Bangun Kerajaan Bisnis, Bos Maspion Investasi di 2 Proyek Raksasa

‎Meski ekonomi Indonesia mengalami perlambatan tak sedikitpun menciutkan nyali Grup Maspion untuk memperluas investasi atau ekspansi.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 18 Mar 2015, 20:02 WIB
Diterbitkan 18 Mar 2015, 20:02 WIB
Presiden Direktur Grup Maspion, Alim Markus  (Fotografer: Fiki Ariyanti/ Liputan6.com)
Presiden Direktur Grup Maspion, Alim Markus (Fotografer: Fiki Ariyanti/ Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - ‎Meski ekonomi Indonesia mengalami perlambatan tak sedikitpun menciutkan nyali Grup Maspion untuk memperluas investasi atau ekspansi. Tahun ini, dua proyek investasi siap digadang perusahaan yang memproduksi perabot rumah tangga itu.

Presiden Direktur Grup Maspion, Alim Markus mengatakan, proyek ekspansi pertama, membangun pabrik ban berjalan untuk menarik container crane masuk dari kapal ke darat atau sebaliknya (conveyor belt‎). Dalam hal ini, Grup Maspion akan bertindak sebagai agen.

"Kami sudah menerima tamu dari Wakil Presiden Direktur Xenhua, Shanghai untuk jadi agen mereka. Bangun pabrik ban berjalan made in Indonesia. Tujuannya supaya biaya logistik makin murah karena ini akan dipakai oleh PT Pelindo," papar dia kepada wartawan di kantor Kemenko Bidang Perekonomian, Jakarta, Rabu (18/3/2015).

Dia menjelaskan, pabrik ban berjalan tersebut akan berdiri di Gresik, Jawa Timur lantaran pihaknya telah memiliki 11 dermaga di kota tersebut. Nilainya investasinya mencapai sekira US$ 400 juta-US$ 500 juta.

"Selama ini saya sendiri, tapi kalau ada yang mau join dari China atau negara lain boleh. Asal jangan jualan mahal. Saya nggak mau," paparnya.

Alim mengaku, rencana pembangunan pabrik conveyor belt disusun pada tahun ini. Dan diharapkan rampung dan dapat beroperasi pada 2017.

Proyek kedua, tambah dia, Grup Maspion dan PT Pelindo II (Persero) akan mendirikan perusahaan patungan pengadaan kapal roro untuk ekspor, bukan pengangkutan penumpang. Direktur Utama Pelindo II RJ Lino telah menandatangani rencana investasi tersebut.

"Porsi investasinya kami 55 persen, dan Pelindo II 45 persen. Bikin perusahaan patungan (join venture/JVC) untuk pengadaan kapal roro yang saat ini cuma dipunyai di Jakarta dan orientasi ekspornya hanya 5 persen. Jadi nggak ada pelabuhan yang bisa menandingi," jelasnya.

Kapal roro ini, sambung Alim, dapat digunakan untuk mengangkut barang-barang ekspor, logistik dan sebagainya. Dengan investasi tersebut, akan menurunkan biaya angkut atau logistik dibandingkan menggunakan kereta api. "Karena bisa pakai dermaga yang sudah ada, maka investasi kita hanya Rp 60 miliar. Jadi makin efisien," tandasnya. (Fik/Ndw)

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya