Liputan6.com, Jakarta - Produsen minyak dan gas bumi (migas) atau Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) semakin terbebani untuk memproduksi migas.
Wakil Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Zikrullah mengatakan, saat ini cadangan migas yang dimiliki Indonesia tinggal sedikit. Namun, Indonesia masih dianggap kaya dengan sumber daya alam tersebut.
Baca Juga
"Sebetulnya kalau kami lihat bahkan untuk cadangan terbukti tidak kelihatan, tapi secara publik kaya minyak," kata Zik, dalam sebuah diskusi, di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Jumat (3/7/2015).
Advertisement
Zik menilai, anggapan Indonesia masih kaya minyak merupakan sebuah kesalahan. Lantaran, hal tersebut memicu penerbitan regulasi yang berlebihan. Padahal, tanpa kebijakan yang mencekik KKKS sudah konsisten dalam menjalankan tugasnya.
"Buat regulasi berlebihan, ini sebetulnya sangat sederhana sepakati apa yang sudah dijanjikan. Teman IPA dan PSC tidak berlebihan sepakati apa yang sudah disepakati. Bila sudah disepakati laksanakan," tutur Zik.
Zik menambahkan, regulasi berlebihan tersebut membuat KKKS semakin sulit memproduksi migas di tengah merosotnya cadangan migas. "Kalau ada peraturan tidak sesuai pada bingung. Kita pikir kaya migas, banyak berlebih seperti tahun 1977 sekitar 2 juta barel per hari, kita merasa kondisi tersebut terulang kembali," ungkap Zik.
Ia mengibaratkan, saat ini kondisi sektor hulu migas seperti pedati yang terus ditambah beban, namun diperintahkan untuk berlari kencang. "Hal lain penghambat, yang lain kegamangan dalam mengambil keputusan, di sisi diminta meningkatkan produksi sisi lain dibebankan seperti pedati," kata Zik. (Pew/Ahm)