Pelaku Industri Tetap Bergairah Meski Harga Minyak Merosot

Pelaku industri migas juga menyambut baik langkah pemerintah baru untuk memperbaiki sektor minyak dan gas.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 22 Mei 2015, 20:20 WIB
Diterbitkan 22 Mei 2015, 20:20 WIB
Semester I 2014 Realisasi Produksi Minyak Nasional 796,5 MBOPD
Sebagai industri yang padat modal dan berisiko tinggi, sektor hulu minyak dan gas bumi sangat membutuhkan iklim investasi yang mendukung.

Liputan6.com, Jakarta - Pelaku Industri Hulu Minyak dan Gas  Bumi (Migas) Indonesia menyatakan masih tetap semangat memproduksi minyak dan gas (migas), meski kondisi harga minyak dunia anjlok.

Board Of Director Indonesia Petroleum Association (IPA) Lukman Mahfoedz mengatakan, semangat para pelaku industri hulu dapat terlihat dalam pelaksanaan The 39 Th IPA Convention & Exebition.

"Alhamdulilah walau situasi demikian (penurunan harga minyak) semangat pemain migas Indonesia luar biasa," kata Lukman, saat menghadiri  The 39 Th IPA Convention & Exebition, di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Jumat (22/5/2015).

Lukman mengatakan, meski kondisi harga minyak belum menunjukan perbaikan, pemain migas Indonesia tetap memiliki harapan, untuk mengubah sektor migas semakin baik ke depan. "Kini semua menunjukkan kita ingin melihat migas lebih baik ke depan," tutur Lukman.

Lukman menambahkan, saat pemerintah lama sektor hulu migas diliputi  permasalahan, namun mulai terurai setelah pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) bekerja selama enam bulan. Hal tersebut tentunya disambut baik oleh pelaku industri hulu migas.

"Dengan pemerintah baru tapi alhamdulilah. Sejujurnya waktu 6 bulan ini saya sebagai pemain migas ada perubahan yang kuat antara pemain migas dengan pemerintah dan parlemen," kata Lukman.

Lukman menyebutkan, perubahan yang dirasakan oleh para pelaku industri hulu migas adalah kesempatan memberikan masukan kepada pemerintah terkait pembuatan kebijakan yang dibuat.

"Kita lihat masalah diterima dengan baik oleh pemerintah di situ ada kemajuan. Tidak semua usulan sudah terlaksana dengan baik," kata Lukman.

Untuk diketahui, harga minyak cenderung merosot sekitar 60 persen sejak Juni 2014. Harga minyak ini telah berada di kisaran US$ 66 per barel untuk jenis Brent. Meski demikian, pada analis Goldman Sachs memprediksi, harga minyak bakal turun ke level US$ 45 per barel pada Oktober 2015.

"Kami melihat, pasar global yang tidak seimbang merupakan kenyataan yang tak kunjung selesai. Dan kami yakin, kenaikan harga minyak saat ini hanya akan mengganggu keseimbangan pasar yang baru terbentuk," tulis para analis Goldman dalam laporannya pada para investor seperti dilansir Oil Price.

Jika terjadi penurunan harga minyak kembali, industri minyak akan terdorong untuk memangkas aktivitas pengeboran, program belanja dan pemutusan hubungan kerja. Dengan perubahan harga minyak, perusahaan dapat mereguk untung jika seluruh produsen menyadari pentingnya menurunkan pasokan. (Pew/Ahm)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya