Perlukah Kereta Kecepatan Sedang Jakarta-Bandung Dibangun?

Presiden Jokowi akan menggelar tender ulang untuk pembangunan kereta dengan kecepatan sedang untuk rute Jakarta-Bandung.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 07 Sep 2015, 07:40 WIB
Diterbitkan 07 Sep 2015, 07:40 WIB
Meneropong Kecanggihan Kereta Super Cepat China. (Foto: Liputan6.com/Ilyas Istianur P)
Meneropong Kecanggihan Kereta Super Cepat China. (Foto: Liputan6.com/Ilyas Istianur P)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo menyatakan akan mengadakan tender ulang untuk pembangunan kereta dengan kecepatan sedang untuk jurusan Jakarta-Bandung. Hal itu dilakukan setelah dia menolak proposal dari China dan Jepang mengenai pembangunan kereta cepat untuk jurusan yang sama.

‎Pengamat transportasi Darmaningtyas menilai jika proyek tersebut dialihkan menjadi pembangunan kereta dengan kecepatan sedang, maka tidaklah efisien.

"Pertanyaan berikutnya adalah apakah KA sedang Jakarta – Bandung diperlukan, mengingat sudah memiliki jaringan rel Kereta Api (KA)?‎‎," kata Darmaningtyas dalam keterangannya yang diterima Liputan6.com, Senin (7/9/2015).

Dia menilai pembangunan infrastruktur transportasi baru tidak boleh mematikan infrastruktur transportasi yang sudah ada, sebab bila sampai mematikan maka itu berarti mubazir.

Darmaningtyas menyarankan pemerintah tidak boleh melakukan hal-hal yang mubazir, tapi berdaya guna bagi warganya, terlebih mengingat masih banyak daerah lain mengalami defisit infrastruktur lantaran investor (asing maupun dalam negeri) tidak mau masuk ke sana.

"Jauh lebih efisien dan bijak bila pemerintah melakukan upgrade terhadap kondisi jaringan rel Jakarta–Bandung agar kecepatannya dapat ditingkatkan sehingga Jakarta-Bandung atau sebaliknya dapat ditempuh maksimal dua jam dari tiga jam perjalanan yang ada saat ini," papar dia.

Menurutnya, meningkatkan kapasitas pada jaringan rel KA yang sudah ada jauh lebih efisien ketimbang  membangun jaringan rel baru yang bisa mematikan jaringan rel sebelumnya.

Bentuk peningkatan kapasitas itu jaringan rel Jakarta-Bandung itu dapat berupa pembuatan jalur ganda pada lokasi-lokasi yang memungkinkan serta pembuatan tanggul-tanggul pengaman pada rel-rel yang di atas tebing.

Selama ini masinis harus melambatkan KA saat melewati jalur-jalur yang berliku dan bertebing, sehingga kecepatan KA tidak bisa dipacu karena rawan kecelakaan.

Peningkatan kapasitas jaringan KA Jakarta-Bandung akan memiliki efek ganda, mengingat jalur ini tidak hanya melayani lintasan Jakarta – Bandung saja, tapi juga KA Serayu lintasan Jakarta Kota-Kroya melalui Bandung, Tasikmalaya, dan Ciamis. Adanya peningkatan kapasitas rel akan memungkinkan GPK (Grafik Perjalanan Kereta) jarak jauh lintas selatan dapat ditambah lagi guna mengurangi beban jalan raya.

"Jika membangun jaringan rel baru, tidak berefek ganda, sebaliknya justru dapat mematikan jalur yang ada. Jadi, pilihan pengembangan moda transportasi Jakarta-Bandung itu bukan KA cepat/sedang, tapi peningkatan kapasitas jaringan rel yang telah ada agar dapat meningkatkan GPK dan mempersingkat waktu perjalanan," ujar Darmaningtyas.

Yang pastinya, Dia menegaskan, ini tidak mungkin dikerjakan oleh swasta, tapi mutlak intervensi pemerintah. Tapi hal itu tidak masalah mengingat asas manfaatannya akan dirasakan oleh warga Purwakarta, Tasikmalaya, Ciamis, Pangandaran, Cilacap, dan sebagian Banyumas; bukan hanya Jakarta saja.‎ (Yas/Ndw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya