YLKI Trauma Proyek Listrik 35 Ribu MW Pakai Mesin Kualitas Rendah

Pasalnya, mesin pembangkit KW II dan KW III yang baru dipakai beberapa tahun sudah rontok.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 04 Okt 2015, 15:31 WIB
Diterbitkan 04 Okt 2015, 15:31 WIB
Setelah beroperasi, PLTU Batang akan menjadi pembangkit terbesar di ASEAN
Setelah beroperasi, PLTU Batang akan menjadi pembangkit terbesar di ASEAN

Liputan6.com, Jakarta - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) khawatir dengan pembangunan pembangkit listrik 35 ribu megawatt (MW) akan dipenuhi dengan mesin atau peralatan berkualitas rendah KW II atau KW III dari China. Pasalnya, Indonesia pernah mengalami hal itu saat proyek pembangkit listrik 10 ribu MWtahap I.

Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi saat Diskusi Energi Kita "Mana Hasil Program 35 Ribu MW" mengatakan, kebutuhan pembangunan infrastruktur di Indonesia sangat besar, sementara anggaran minim sehingga China memasok mesin pembangkit KW II atau KW III untuk proyek listrik 10 ribu MW.

"Kita sering diberikan mesin pembangkit KW II dan KW III yang baru dipakai beberapa tahun sudah rontok. Itu dari China karena uang kita sedikit. Jangan sampai 35 ribu MWmengulangi hal yang sama, karena khawatirnya pemainnya dari China semua," tegas dia di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Minggu (4/10/2015).  

Salah satu anggota Dewan Energi Nasional, Rinaldy Dalimi membenarkan pernyataan Tulus. Dia mengatakan, kualitas pembangkit listrik ditentukan oleh alokasi anggaran yang ada. Rinaldy menegaskan, hanya ada dua pembangkit listrik berkualitas bagus di Indonesia yang dibangun China.

"Pembangkit listrik bagus yang dibangun pihak China itu ada di Sumatera Selatan, sangat bersih. Lalu saya tanya dengan pihak China, kenapa Anda tidak membangun pembangkit listrik yang sama untuk 10 ribu MW tahap I. Dia bilang, karena dananya sedikit. Jadi kualitasnya diberikan yang rendah," jelasnya.   
Sementara Wakil Ketua Pelaksana Program Pembangkit Listrik 35 ribu MW, Agung Wicaksono menegaskan bahwa megaproyek ini tidak sepenuhnya dibangun oleh China.

"Memang yang 10 ribu MW itu dibangun semuanya oleh China, tapi untuk 35 ribu MW jika dibilang China semua, itu imajinasi. Tidak ada rencana mengatakan demikian," ujar Agung. (Fik/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya