Liputan6.com, Jakarta - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) meminta kepada perbankan untuk melakukan efisiensi biaya perbankan agar berdampak pada penurunan bunga kreditnya. Adanya penurunan bunga kredit tersebut diharapkan mampu meningkatkan daya beli masyarakat dan secara langsung mampu membantu peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Merespons hal itu, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad mengungkapkan perbankan telah menurunkan bunga kreditnya.
Baca Juga
"Sekarang sudah mulai turun bertahap karena memang DPK (dana pihak ketiga) yang masuk ke bank lebih besar daripada kreditnya, sehingga bank sudah dalam kondisi sangat likuid. Jadi memang kecenderungan bunga turun itu harus terjadi," kata Muliaman seperti ditulis, Kamis (8/10/2015).
Advertisement
Hanya saja, Muliaman menyebutkan besaran penurunan bunga kredit di setiap bank berbeda-beda. Hal itu tergantung dari jenis kredit yang diberikan oleh masyarakat. Meski ekonomi Indonesia melambat menjadi salah satu pengaruh dana pihak ketiga (DPK) melimpah di perbankan.
DPK itu diperkirakan bertambah seiring membaiknya pertumbuhan ekonomi pada semester II 2015.‎ "Jadi tidak masalah, malah kemudian pertumbuhan kredit perbankan selama dua bulan ini meningkat," kata Muliaman.
Seperti diketahui, berbeda dengan paket kebijakan Jilid I dan II yang mayoritas memiliki efek jangka menengah dan panjang, paket kebijakan Jilid III ini lebih mengutamakan dampak yang dapat dirasakan masyarakat dalam jangka pendek.
Salah satu hal yang diminta Presiden Jokowi sebelumnya untuk dapat dimasukkan dalam poin paket kebijakan ekonomi jilid III adalah adanya penurunan suku bunga perbankan.
"Saya kira paket ekonomi ke III ini jangka pendek. Coba dilihat apakah memungkinkan yang pertama bunga bank bisa turun dengan mengefisiensikan ‎biaya-biaya yang ada di bank, tolong dihitung,"‎ kata Jokowi. (*)