Sektor Jasa Topang Ekonomi China Tumbuh 6,9%

Pertumbuhan ekonomi China sebesar 6,9 persen pada kuartal III 2015 didukung sektor jasa sedangkan sektor manufaktur melambat.

oleh Agustina Melani diperbarui 19 Okt 2015, 11:00 WIB
Diterbitkan 19 Okt 2015, 11:00 WIB
Ekonomi China
(Foto: Liputan6.com)

Liputan6.com, Beijing - Ekonomi China tumbuh lebih cepat pada kuartal III 2015 dari perkiraan ekonom. Sektor jasa telah menopang ekonomi terbesar kedua di dunia. Hal ini menunjukkan kalau stimulus moneter dan fiskal telah mendorong target ekspansi Perdana Menteri China Li Keqiang sesuai target.

Rilis data Biro Statistik Nasional (BSN) menyebutkan kalau produk domestik bruto (PDB) naik menjadi 6,9 persen dalam tiga bulan dari tahun sebelumnya. Angka itu mengalahkan perkiraan ekonom kalau pertumbuhan ekonomi China sebesar 6,8 persen. Namun rilis data PDB kuartal III 2015 tersebut paling lambat sejak tiga bulan pertama tahun 2009.

Ketahanan ekonomi itu didukung dari sektor jasa yang tumbuh lebih cepat, didukung oleh konsumsi sehingga mengimbangi pelemahan di sektor manufaktur dan ekspor. Pemerintah telah memangkas suku bunga lima kali sejak November, dan meningkatkan belanja infrastruktur dalam beberapa bulan terakhir untuk menjaga pertumbuhan ekonomi China di kisaran 7 persen.

"Sektor jasa tumbuh jauh lebih cepat dari pada sektor manufaktur. Perlambatan manufaktur adalah masalah besar bagi ekonomi China dalam waktu dekat," ujar Zhu Haibin, ekonom JPMorgan, seperti dikutip dari laman Bloomberg, Senin (19/10/2015).

Selain itu, rilis data hasil produksi industri naik 5,7 persen pada September dari tahun sebelumnya. Angka ini lebih rendah dibandingkan perkiraan ekonom di kisaran 6 persen. Penjualan ritel meningkat 10,9 persen pada kuartal III 2015.

Adapun laju pertumbuhan di sektor jasa menjadi 8,4 persen pada kuartal III 2015. Sektor ini menjadi salah satu penopang ekonomi selain sektor manufaktur.

Sektor manufaktur tumbuh menjadi 6 persen. Sebelumnya, kondisi ekonomi China telah mempengaruhi langkah Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) untuk menaikkan suku bunga. Kekhawatiran bank sentral AS terhadap ekonomi China menjadi alasan untuk menaikkan suku bunga. China telah memberikan kontribusi 13,3 persen dari produk domestik bruto (PDB) global tahun lalu. (Ahm/Igw)*

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya