Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan bahwa bisnis pengembangan energi panas bumi di Indonesia diakui oleh dunia sebagai yang terbaik. Hal tersebut bisa terjadi karena aturan yang diterbitkan oleh pemerintah semakin baik.Â
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Rida Mulyana mengatakan, dengan ‎membaiknya peraturan tersebut membuat investor tertarik untuk menanamkan modalnya untuk mengembangkan energi dari panas bumi di Indonesia.
"‎Bisnis panas bumi di Indonesia semakin menarik investor. Katanya terbaik di dunia karena semakin tegas dan jelas aturannya," kata Rida, di kantor Direktorat EBTKE, Jakarta, Jumat (13/11/2015).
Rida menyebutkan, salah satu peraturan yang dianggap baik adalan Peraturan Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM)‎ Nomor 17 Tahun 2014 tentang penerapan tarif panas bumi berdasarkan skema feed in tariff. "Salah satunya adalah Peraturan Menteri ESDM Nomor 17 Tahun 2014 soal tarif tenaga listrik, itu yang terbaik di dunia ini," ungkap Rida.
Direktorat EBTKE Kementerian ESDM pun terus melakukan perbaikan regulasi untuk pengembangan energi panas bumi. Diantaranya adalah perumusan tiga Rancangan Peraturan Pemerintah ‎(RPP)sebagai turunan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2014 tentang panas bumi.
"Turunan Undang-Undang Panas Bumi tersebut telah disusun dua dari tiga RPP yang disusun. Salah satunya RPP bonus produksi sangat dinantikan Pemda penerima manfaat. Jadi untuk setiap KW (Kilo Watt) listrik yang diproduksikan pengembang itu sebelum dikurangi biaya operasi diserahkan ke bank Pemda sebagai bagian PAD. Mudah-mudahan sebelum akhir 2015 sudah jadi PP," tutup Rida.
Baca Juga
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan, Indonesia memiliki kandungan panas bumi yang besar, bahkan 40 persen potensi panas bumi dunia terdapat di Indonesia. Sumber-sumber energi panas bumi itu tersebar di Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Maluku, hingga Papua.
Sayangnya, besarnya cadangan panas bumi tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal. Indonesia masih saja bergantung dengan sumber energi dari fosil. "Saya ingin kita segera keluar dari ketergantungan pada energi fosil dengan langkah nyata memanfaatkan cadangan panas bumi," ujarnya.Â
Menurut Presiden, penggunaan energi fosil saat ini masih sangat besar yaitu sebesar 95 persen dari bauran energi nasional. Rinciannya 47 persen minyak bumi, 24 persen berasal dari gas bumi, dan 24 persen dari batubara. "Sedangkan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) baru mencapai sekitar 5% persen," kata Jokowi.
Ia mengatakan, sebagai bangsa yang ingin berdaulat di bidang energi, Indonesia harus mampu tidak menggantungkan pada energi fosil semata. Kenyataannya saat ini Indonesia telah menjadi negara pengimpor sumber energi minyak bumi padahal pada suatu saat energi fosil itu akan habis.
Indonesia, menurut Jokowi, sesungguhnya memiliki potensi yang besar dan berlimpah dalam hal sumber-sumber energi baru dan terbarukan yang belum dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan pembangunan. Untuk itu langkah diversifikasi sumber energi perlu segera dilakukan melalui fasilitasi dan pengembangan sumberdaya energi baru terbarukan.
Presiden pun menyatakan komitmennya untuk memberikan perhatian khusus pada program pengembangan sumber energi Baru Terbarukan.
"Ini demi melepaskan diri dari ketergantungan pada sumber energi fosil dan memanfaakan sumberdaya alam yang berlimpah secara berkelanjutan. Di antaranya Biofuel, Biomassa, panas bumi, air, angin, matahari, gelombang laut sampai dengan energi pasang surut air laut," ucapnya.
Salah satu energi baru dan terbarukan yang perlu dimanfaatkan adalah energi panas bumi. Sumber energi ini berlimpah, bersih dan ramah lingkungan. Kebijakan Energi Nasional telah menargetkan pemanfaatan energi baru terbarukan meningkat menjadi 23 persen. pada 2025.
Presiden telah memulai groundbreaking proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Ulubelu unit III dan IV serta meresmikan beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Kamojang V beberapa waktu lalu. Langkah itu akan diikuti oleh pemanfaatan energi geothermal di daerah lain di Indonesia.
"Jika potensi energi geothermal dikelola dan dimanfaatkan dengan baik, saya yakin kita dapat menggantikan energi fosil yang semakin terbatas," kata Presiden.
Karena itu Presiden berharap semua pihak, mulai dari Pemerintah, para profesional, akademisi, serta pemerhati energi baru Terbarukan bisa duduk bersama, saling bersinergi untuk mencari terobosan-terobosan di bidang regulasi dan keilmuan.
Sebagai bukti komitmen tersebut, Presiden meminta kementerian ESDM untuk melanjutkan berbagai kebijakan yang progresif, baik di bidang tarif, perijinan dan fasilitasi lainnya untuk terus menarik investasi di bidang Energi Baru, Energi Terbarukan, dan Konservasi Energi. (Pew/Gdn)