5 Alasan Karyawan Memutuskan Resign

Banyak bos di sebuah perusahaan kurang memperhatikan beberapa hal ini sehingga karyawan terbaiknya memutuskan untuk resign, apa saja itu?

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 15 Nov 2015, 07:56 WIB
Diterbitkan 15 Nov 2015, 07:56 WIB
Menjaga relasi dengan orang-orang yang berhubungan dengan pekerjaan impian Anda jadi langkah awal dari kesuksesan.
Menjaga relasi dengan orang-orang yang berhubungan dengan pekerjaan impian Anda jadi langkah awal dari kesuksesan. (sumber. verdemartin.com)

Liputan6.com, Jakarta - Banyak perusahaan-perusahaan besar kehilangan karyawan-karyawan terbaiknya. Masalah terkait banyaknya lapangan kerja baru yang kemudian menjadikan pengurangan karyawan bukanlah hal yang baru.

Namun yang menarik perhatian adalah makin bertambahnya karyawan yang ingin keluar dari perusahaan tanpa ragu-ragu dan bahkan pada saat itu juga.

Lalu mengapa karyawan–karyawan terbaik tersebut resign? Artikel ini akan membahas alasan yg mendasari mengapa mereka bahkan dengan lantang berteriak, “Saya keluar!”. Hal ini jugalah yang harus diperhatikan para bos di sebuah perusahaan :

1. Terlalu kecil, terlalu lama

Karyawan perusahaan menyebutkan bahwa gaji dan kompensasi sebagai alasan utama mengapa mereka memilih untuk meninggalkan pekerjaan mereka.

Ketika ekonomi Asia secara perlahan membaik, masih terdapat perusahaan di luar sana yang menggaji karyawannya di bawah upah minimum. Biasanya, perusahaan-perusahaan ini menunggu surat pengunduran diri dari karyawannya sebelum memberikan surat penawaran gaji yang baru.

Parahnya, penawaran yang diajukan tersebut masih terlalu kecil dan sangat terlambat. Ketika penawaran tersebut dibuat, biasanya karyawan telah memutuskan untuk berhenti atau telah menerima tawaran pekerjaan di tempat lain.

Hal ini juga berkaitan dengan tunjangan di luar gaji seperti jatah cuti, tunjangan kesehatan dan gigi, bonus, komisi dll. Ketika seorang karyawan tidak mendapatkan apa yang diharapkan, ia akan memilih untuk meninggalkan pekerjaannya.

2. Tidak adanya hubungan dengan atasan

Sebagian karyawan memilih untuk tidak bersahabat dekat dengan atasannya, tetapi mereka menginginkan sebuah hubungan yang baik terjalin dengan atasannya.

Karyawan bekerja dengan atasannya dan jika mereka tidak dapat berkomunikasi dengan atasannya, maka suasana bekerja akan terasa berat dan makin memburuk.

Tak seorangpun yang ingin bekerja dengan orang yang sulit untuk dimintai nasihat atau feedback tentang kinerja mereka.

Sebuah hubungan merupakan bagian dari kebutuhan sosial dan jika hal tersebut tidak ditemukan di tempat kerjanya atau dari atasannya, seorang karyawan akan memilih untuk mencarinya di tempat yang lain.

Tidak ada tantangan

3. ‎Sudah tak ada tantangan

Setiap individu tidak pernah berhenti untuk mencari tantangan yang baru. Hal ini yang menguatkan kepribadian, kepercayaan diri dan passion individu tersebut.

Jika sebuah pekerjaan telah menjadi sesuatu yang hanya bersifat pengulangan dan tidak menawarkan tantangan yang berarti, bahkan seorang karyawan terbaik pun akan berjalan menuju pintu “exit” dan tidak akan pernah kembali.

Hanya butuh waktu sekitar beberapa bulan atau maksimal 1 tahun untuk mengasah sebuah keahlian, yang artinya tidak ada satupun yang mau menghabiskan waktu hingga lima tahun hidupnya melakukan sesuatu yang sama terus menerus.

4. ‎Tak Ada pengakuan dalam mencapai prestasi kerja

Setiap karyawan bahkan setiap orang menginginkan kerja keras dan usahanya diakui. Sehingga menjadi hal yang lumrah ketika karyawan-karyawan terbaik meninggalkan perusahaannya hanya karena prestasi dalam pekerjaannya tidak diakui.

Kita semua menginginkan diberikan tepukan tangan pada setiap pekerjaan yang telah kita selesaikan dengan baik dan ketika hal ini sudah tidak terjadi, setiap orang akan kehilangan ketertarikannya untuk berusaha dan kerja keras.

5. ‎Mencari kesempatan bekerja yang lebih baik

‎Alasan besar lainnya kenapa karyawan terbaik meninggalkan pekerjaannya karena mereka siap untuk mengembangkan karir mereka ke level selanjutnya.

Hal ini normal terjadi ketika mereka telah merasa telah menguasai segala sesuatu terkait dengan pekerjaannya. Hal ini juga terjadi ketika mereka mulai sadar dan menilai diri mereka sebagai seorang profesional.

Sebagian besar karyawan mendapatkan rasa percaya diri ketika telah menguasai keahlian tertentu dan jika mereka tidak dapat menemukan tempat untuk mengembangkan keahlian mereka yang lain, mereka akan mulai untuk mencari wadah yang lain.

Masalah pengunduran diri berdampak pada perusahaan dan juga pada karyawan yang berhenti. Ketika Anda kehilangan seorang karyawan, Anda harus bekerja keras untuk menutupi kekosongan yang ditinggalkan.

Hai ini juga berakibat pada keuangan perusahaan karena harus menyalurkan sejumlah uang demi kepentingan perekrutan dan pelatihan. Karyawan yang telah berhenti juga harus mulai mencari pekerjaan yang baru (jika mereka belum menemukan perusahaan baru), yang berarti kembali pada proses pencarian kerja.

Jika Anda mendapatkan masalah yang serupa pada perusahaan Anda, baiknya Anda menilai kembali situasi dan melakukan sesuatu sebelum masalah tersebut tidak dapat lagi diselesaikan. (Yas/Ndw)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya