BI Sindir Pengusaha yang Minta Bunga Kredit Murah

Wakil Presiden Jusuf Kalla (Wapres JK) mengimbau Bank Indonesia (BI) untuk mengevaluasi kebijakan suku bunga acuan.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 19 Nov 2015, 12:41 WIB
Diterbitkan 19 Nov 2015, 12:41 WIB
20151117-Gubernur BI Gelar Konferensi Pers Triwulan III Bank Indonesia
Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo (tengah), Deputi Gubernur BI Senior Mirza Adityaswara (kiri) dan Deputi Gubernur BI Ronald Waas menggelar konferensi pers Triwulan III Bank Indonesia (BI) di Gedung BI, Jakarta, (17/11/2015). (Liputan6.com/Angga Yunia)

Liputan6.com, Jakarta - Para pengusaha yang juga didukunng oleh pemerintah terus mendesak Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan (BI Rate), sehingga bunga kredit bank ikut turun. BI justru menyindir pelaku bisnis yang meminta hal tersebut, namun tetap menginginkan bunga deposito tinggi.

Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara saat Seminar Economic Outlook dan Pasar Modal 2016 menyatakan, para pengusaha hanya menuntut suku bunga kredit perbankan turun. Namun harapannya bunga deposito tetap menguntungkan.

"Teman-teman pengusaha melihatnya penurunan suku bunga kredit saja, tapi bunga depositonya maunya tinggi. Siapa yang mau nalangin defisitnya? Padahal prediksi inflasi tahun ini saja di bawah 4 persen. Jadi jangan cuma ngomongin bunga kredit," tegasnya di Hotel JW Marriot, Jakarta, Kamis (19/11/2015).


Mirza bahkan kembali menyindir pengusaha yang menuntut bunga kredit murah. Karena itu artinya, pengusaha besar bisa memanfaatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga subsidi dari pemerintah. "Kalau mau bunga rendah, pakai KUR. Tapi masa pengusaha mau minta subsidi pemerintah," celetuknya.

Lebih jauh dikatakan Mirza, BI telah melonggarkan kebijakan Giro Wajib Minimum (GWM). Dari kebijakan tersebut akan ada dana Rp 18 triliun yang masuk ke sistem perbankan dan bisa diterima oleh seluruh bank.

Guyuran dana GWM ke perbankan, katanya, dapat digunakan untuk menyalurkan kredit baik tahun ini maupun tahun depan. Mirza bilang, jika perbankan belum bisa menyalurkan dana dalam bentuk kredit, dana itu bisa dipakai untuk menurunkan bunga deposito.

"Bank yang terima dana dari GWM, bunga deposito bisa diturunkan. Nah tinggal banknya mau nurunin bunga kredit tidak. Harusnya kalau sudah terima limpahan dana, bunga kredit bisa turun, tapi bukan berati bisa langsung karena ini bukan mesin, selalu ada leg," paparnya.

Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla (Wapres JK) mengimbau Bank Indonesia (BI) untuk mengevaluasi kebijakan suku bunga acuan (BI rate). Sinyal meminta Otoritas Moneter menurunkan BI rate dengan harapan terjadi peningkatan investasi sebagai modal meraih pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen.

Menurut dia, suku bunga acuan maupun tingkat bunga perbankan harus turun mengingat bunga merupakan bagian dari biaya tinggi. "Jadi salah kalau suku bunga naik, inflasi turun. Itu kebijakan keliru. Kita harapkan BI evaluasi kebijakan tingkat bunga," jelas JK.

Menurut JK, jika BI Rate tinggi maka tingkat bunga perbankan pun akan terkerek naik. Kondisi tersebut dapat memicu orang untuk lebih memilih menyimpan uangnya di bank ketimbang berinvestasi, karena simpanan dalam bentuk tabungan dan deposito bisa menawarkan bunga menarik sekitar 8-10 persen.

"Uang masyarakat, uang daerah banyak disimpan di bank, itu karebunganya tinggi. Jadi mereka tidak mau bikin jalan. Coba bunga bank cuma 3-4 persen, pasti tidak ada yang mau saving di bank. Tidak ada investasi kalau bunga tinggi," tegasnya. (Fik/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya