Sentimen Eksternal Bikin Rupiah Melemah ke 13.707 per Dolar AS

Sepanjang pagi hingga siang hari, rupiah diperdagangkan di 13.643 per dolar AS hingga 13.726 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 23 Nov 2015, 12:15 WIB
Diterbitkan 23 Nov 2015, 12:15 WIB
20150923-Dollar-Naik-Jakarta
Petugas menunjukkan uang pecahan US$100 di penukaran uang, Jakarta, Rabu (23/9/2015). Mata uang Rupiah sempat melemah ke level 14.655 per dolar AS pada perdagangan pukul 09.50 waktu Jakarta. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah pada perdagangan di awal pekan ini. Sentimen asing masih mewarnai pergerakan nilai tukar rupiah.

Mengutip Bloomberg, Senin (23/11/2015), rupiah diperdagangkan di level 13.707 per dolar AS pada pukul 11.10 WIB. Posisi tersebut melemah jika dibandingkan dengan pembukaan yang ada di level 13.657 per dolar AS dan juga jika dibandingkan dengan penutupan pada pekan lalu yang ada di level 13.623 per dolar AS.

Sepanjang pagi hingga siang hari, rupiah diperdagangkan di 13.643 per dolar AS hingga 13.726 per dolar AS.


Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot DOllar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah diperdagangkan di 13.696 per dolar AS. Menguat jika dibandingkan dengan kurs patokan pada pekan lalu yang berada di level 13.739 per dolar AS.

Senior Research and Analyst PT Monex Investindo, Ariston Tjendra menjelaskan, pelemahan rupiah masih karena faktor eksternal. Sebagian besar analis termasuk pelaku pasar melihat bahwa Bank Sentral AS (the Fed) akan menaikkan suku bunga di tahun ini.

Ekspektasi tersebut membuat dolar AS menguat sehingga menekan nilai tukar lainnya. "Semua mata uang negara berkembang tertekan terhadap dolar AS," jelasnya.

Sebenarnya, pada pekan lalu rupiah sempat menguat. Namun ternyata penguatan tersebut tak mampu bertahan lama. Penguatan rupiah pada akhir pekan lalu juga disebabkan oleh faktor eksternal.

Sinyal yang didapat oleh para pelaku pasar melihat bahwa kenaikan suku bunga tidak akan terjadi sekali pukul atau sekaligus. Kenaikan suku bunga secara bertahap ini membuat dolar AS tidak menarik sehingga sempat melemah. (Gdn/Nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya