Pengusaha Logistik Desak BI Turunkan Suku Bunga Acuan

BI rate pada level 7,5 persen dinilai terlalu tinggi sehingga membuat bunga kredit di Indonesia begitu besar

oleh Septian Deny diperbarui 08 Des 2015, 17:00 WIB
Diterbitkan 08 Des 2015, 17:00 WIB
20151117-Gubernur BI Gelar Konferensi Pers Triwulan III Bank Indonesia
Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo menggelar konferensi pers Triwulan III Bank Indonesia (BI) di Gedung BI, Jakarta, Selasa (17/11/2015). BI memutuskan untuk tidak mengubah suku bunga acuan (BI Rate). (Liputan6.com/Angga Yunia)

Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) meminta Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuannya (BI rate). Untuk itu, pemerintah juga diminta turun tangan agar BI mau menurunkan suku bunga acuannya yang selama 10 bulan terakhir bertahan pada level 7,5 persen.

Sekretaris Jenderal ALFI Akbar Djohan mengatakan, agar BI mau menurunkan suku bunga acuannya, pemerintah mau tidak mau harus melakukan intervensi.

"Jadi sebenarnya dari pemimpin kita baik Pak Jokowi dan Pak JK, jangan hanya menghimbau tapi melakukan instruksi kepada pemilik kebijakan (BI) untuk menurunkan BI rate," ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (8/12/2015).

Dia menjelaskan, BI rate pada level 7,5 persen dinilai terlalu tinggi sehingga membuat bunga kredit di Indonesia begitu besar. Jika terus dipertahankan, daya saing Indonesia akan kalah dibandingkan dengan negara lain saat masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) bergulir.

"Dampaknya sangat tinggi, bagaimana kita menghadapi persaingan di MEA, sedangkan teman-teman (pengusaha logistik) di ASEAN membawa dan memobilisasi dananya dengan bunga yang sangat rendah, yaitu 5-8 persen. Apalagi (perbankan) BUMN biaya operasionalnya sangat tinggi, sehingga mereka bermain di bunga 13-15 persen per tahun," jelasnya.

Menurut Akbar, bunga perbankan yang tinggi membuat pengusaha logistik di dalam negeri kesulitan dalam melakukan pengadaan peralatan dan kendaraan untuk kegiatan logistiknya.

"Bagaimana pelaku logistik menyiapkan tools, infrastrukturnya, untuk membeli alat-alat atau kendaraan yang jauh kompetitif kalau bunganya tinggi dan masa kreditnya cuma 4 tahun. Sedangkan di luar bunganya 6 persen dan bisa sampai 10 tahun sehingga cost logistiknya bisa lebih rendah," tandasnya. (Dny/Zul)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya