RI Perlu Contoh Jepang Manfaatkan Ikan untuk Dongkrak Gizi Warga

Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti harap program kerja yang diluncurkan oleh Kementeriannya dongkrak kandungan gizi masyarakat

oleh Septian Deny diperbarui 11 Des 2015, 15:25 WIB
Diterbitkan 11 Des 2015, 15:25 WIB
Peraturan Menteri Susi Bikin Nelayan Merugi
Aktivitas bongkar muat ikan di Pelabuhan Muara Baru, Jakarta, Selasa (22/9/2015). Nelayan mengeluh mahalnya BBM dan Peraturan Menteri No. 2/2015 tentang larangan penggunaan pukat hela dan pukat tarik membuat nelayan merugi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Meski memiliki luas laut nomor 2 di dunia, Indonesia dinilai belum mampu secara maksimal memanfaatkan hasil laut yang dimiliki untuk kepentingan di dalam negeri. Buktinya, meski punya ikan yang melimpah, anak-anak Indonesia masih banyak kekurangan protein.

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyampaikan hal itu saat memberikan arahan kepada seluruh jajaran pejabat Eselon 1 dan seluruh staf Kementerian Kelautan dan Perikanan pada acara Town Hall Meeting Review 1 tahun Bekerja Bersama.

Susi mengatakan, meski suplai ikan melonjak tajam sejak ada kebijakan memerangi illegal, unreported and unregulated fishing, namun hal tersebut belum mampu meningkatkan standar gizi masyarakat Indonesia.

"Kenaikan suplai 240 persen, tapi sekarang 1 dari 3 orang anak Indonesia itu kuntet (pendek) karena proteinnya kurang. Protein juga penting untuk otak kita. Ini sudah badan kecil, otak mengecil, kapasitas juga mengecil," ujar dia di Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jakarta, Jumat (11/12/2015).

Susi menuturkan, Indonesia harus mencontoh Jepang dalam memanfaatkan hasil lautnya untuk memenuhi kebutuhan gizi generasi mudanya. Di Jepang, semua hasil laut disajikan dengan segar sehingga punya kandungan protein yang tinggi. Sedangkan di Indonesia, lanjut dia, masyarakatnya makan hasil laut yang sudah diawetkan hingga 1 tahun.

"Orang Jepang tingginya 2 cm naik tiap tahun, Indonesia malah pendek. Kita ini malnutrisi, terutama komponen protein dalam makanan kita. Kita selama ini makan ikan asin pindang, tongkol diawetkan formalin sampai 1 tahun," jelas dia.

Namun demikian, Susi berharap dengan program-program kerja yang akan disusun oleh kementeriaannya pada tahun depan, secara bertahap bisa meningkatkan kandungan gizi pada makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat terutama dari hasil perikanan.

"Ini adalah realita yang tidak bisa kita hindari. Tapi saya harap tidak ada anak-anak yang kuntet. Baik di kampung-kampung maupun di kota harus perbaiki semuanya," tandas dia. (Dny/Ahm)

 

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya