Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) masih mengkaji penetapan pembangunan fasilitas pengolahan gas, sumur gas abadi Masela Maluku. Pasalnya, fasilitas yang dibangun harus memberikan manfaat bagi perekonomian sekitar proyek tersebut.
"Kalau mendengar dari perjalanan ke timur kemarin. Sebetulnya yang paling utama bagaimana project itu memberi manfaat kepada pengembangan ekonomi regional," kata Sudirman, di Jakarta, Kamis (14/1/2016).
Sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Rapat Terbatas, pihaknya masih mengkaji pembangunan falitas pengolahan gas. Saat ini ada dua pilihan yaitu dibangun di tengah laut (offshore) dan di darat (onshore).
"Jadi seperti pesan setelah Rapat Terbatas. Presiden sudah bilang kaji dulu baik-baik. Sekarang kita tidak bisa menyimpulkan opsi mana yang paling baik sampai mendetailkan planning," tutur Sudirman.
Menurut Sudirman, dalam waktu dekat jajarannya yang terdiri dari Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Direktorat Jenderal Migas, lembaga penelitian dan beberapa perguruan tinggi akan duduk bersama, guna mengkaji manfaat yang didapat atas pembangunan fasilitas pengolahan gas Masela.
"Bagaimana pemanfaatan ekonomi regional. Tapi dalam waktu dekat SKK Migas, Ditjen Migas akan duduk bersama Unpati, lembaga LPMUI termasuk ITB. Apa yg dibutuhkan masyarakat, baru kita bikin," tuturnya.
Baca Juga
Sudirman menambakan, akan mengikuti hasil kajian dan memilih pembangunan fasilitas yang memberikan manfaat bagi perekonomian wilayah sekitar.
"Kalau masyarakat lebih banyak memeroleh manfaat dari offshore ya offshore, onshore ya onshore. Tapi yang penting adalah kita mesti merencanakan perencanaan yang detail," pungkasnya.
Sebelumnya, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menggelar pertemuan dengan Satuan Kerja Khusus Pelaksanaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) guna membahas pemanfaatan pasokan gas dari Blok Masela, Maluku Selatan, untuk menumbuhkan industri hilir di dalam negeri.
Direktur Industri Kimia Dasar Kemenperin, Muhammad Khayam mengatakan, selama ini pasokan gas industri hilir masih kesulitan mendapatkan pasokan gas dalam jumlah besar. Namun dengan pengembangan Blok Masela nantinya, maka industri hilir, khususnya di wilayah Indonesia bagian timur bisa memasoknya dari ladang gas abadi ini.
"Industri migas di kawasan timur semua logistiknya dari Batam sampai Singapura untuk industri hilir, kapal, rig, pompa, kompresor dan turbin. Jadi ada Bintuni, di Sulawesi Tengah ada Donggi Senoro. Di Masela nanti harus terbentuk industri pendukung di sekitar itu. Nanti ada join dengan SKK Migas," ujarnya.
Agar keberadaan Blok Masela ini memberikan maanfaat yang besar bagi industri di dalam negeri, lanjut Khayam, maka harus ada aturan yang menjadi payung hukum pengelolaan dan pemanfaatan gas dari blok tersebut.
"Pokok salah satu yang the best effort, pasti artinya revenue paling besar, IRR (internal rate of return) tertinggi. Istilahnya kelayakan umum, tapi bisa berikan manfaat. Tadi dikatakan ada PP (Peraturan Pemerintah) yang akan dibentuk untuk nanti badan otorita yang dimandatkan industri-industri sekitar Maluku Selatan. Harus ada manfaat langsung terhadap anggaran di daerah sekitar itu," jelasnya. (Pew/Gdn)
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6