Menperin: Meski Ford Tutup, Investasi Otomotif RI Masih Tinggi

Pasar otomotif di Indonesia dinilai masih menarik.

oleh Septian Deny diperbarui 26 Jan 2016, 16:08 WIB
Diterbitkan 26 Jan 2016, 16:08 WIB
20160125-Pabrikan Amerika, Ford Tutup Buku di Indonesia
Logo perusahaan Ford terlihat di Caracas, 27 Maret 2015. Ford akan menutup semua operasional mereka di Jepang dan Indonesia tahun ini karena tidak ada profitabilitas yang didapat dari kedua negara. (REUTERS / Carlos Garcia Rawlins)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perindustrian Saleh Husin memastikan keputusan PT Ford Motor Indonesia (FMI) yang menghentikan operasinya di Indonesia tidak akan berdampak pada industri otomotif di dalam negeri. Pasar otomotif di Indonesia dinilai masih menarik.

Dia mengatakan, selama ini Ford hanya mendatangkan produknya dari Thailand dan tidak memiliki pabrik atau basis produksi di Indonesia‎. Dengan demikian, maka penghentian pengoperasian ini tidak berdampak langsung bagi industri di dalam negeri.

"Tidak berdampak pada industri otomotif di dalam negeri. Selama ini Ford mengimpor mobilnya dari basis produksinya di Thailand untuk dijual di Indonesia," ujarnya di Jakarta, Selasa (26/1/2016).

Bahkan menurutnya, ingga saat ini minat investasi pada sektor otomotif di Indonesia masih tinggi. Buktinya, produsen otomotif asal China yaitu SAIC-GM-Wuling (SGMW) telah memulai pembangunan pabriknya di Indonesia. Hal ini menandakan, selain didominasi oleh Jepang, produsen otomotif asal negara‎ lain juga melihat Indonesia sebagai negara dengan daya tarik investasi.

"Investasi industri kendaraan bermotor di indonesia masih sangat tinggi, salah satu contohnya dari China yang saat ini sedang‎ membangun pabriknya dan di 2017 akan mulai berproduksi, yaitu Wuling dengan investasi US$ 750 juta atau setara Rp 10 triliun-Rp 11 triliun," kata dia.

Selain itu, beberapa produsen otomotif asal Jepang juga tengah membangun pabriknya di Indonesia, seperti Mitsubishi dan Isuzu. Melihat hal ini, Saleh meminta industri otomotif yang telah ada di Indonesia tidak khawatir akan investasinya.

"Misalnya Mitsubishi yang tengah membangun pabriknya dengan investasi Rp 6 triliun, kemudian Isuzu dengan Rp 3,5 triliun. Saya kira ini investasi yang masih cukup menarik dan atraktif. Dan saat ini industri komponen dari pemegang kendaraan lain akan masuk untuk industri komponen. Jadi ini tidak akan pengaruhi industri komponen di dalam negeri," tandasnya. (Dny/Zul)

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya