Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan impor barang konsumsi naik 47,68 persen pada Januari 2016. Lonjakan impor tersebut disebabkan karena kenaikan pengiriman gandum dan amunisi dari luar negeri ke Indonesia ketika harga sedang mengalami penurunan tajam untuk gandum.
Kepala BPS, Suryamin mengatakan meski impor Indonesia di Januari 2016 menurun 13,48 persen dengan nilai US$ 10,45 ‎miliar dibanding Desember 2015 dan merosot 17,15 persen secara tahunan, namun impor golongan barang konsumsi naik 47,68 persen di bulan pertama ini.
Baca Juga
"Impor barang konsumsi memang cukup besar, diantaranya karena peningkatan signifikan dari impor gandum untuk bahan baku mie dan roti, serta impor senjata atau amunisi yang naik drastis," ujar Suryamin di kantor BPS, Jakarta, Senin (15/2/2016).
Advertisement
Suryamin mencatat, nilai impor gandum di Januari 2016 tercatat senilai US$ 443,4 juta atau melonjak tajam 86,35 persen. Sementara impor senjata atau amunisi, berdasarkan data BPS mencapai US$ 184,98 juta pada periode Januari tahun ini atau naik signifikan dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 9,18 juta.
Baca Juga
"Yang melonjak tinggi memang impor senjata atau amunisi. Tapi di sisi lain, kita ekspor produk yang sama tinggi juga di Januari ini dengan kenaikan 123,16 persen terhadap Desember 2015," kata Suryamin.
Sementara itu, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo mengatakan, impor barang konsumsi meningkat drastis karena ada impor mendadak pada komoditas gandum dan produk amunisi atau senjata cukup besar. Sedangkan impor barang lainnya tidak sebesar volume dan nilai gandum dan amunisi atau senjata.
"Pabrik-pabrik terigu di sini impor gandum dalam jumlah besar karena harga gandum sedang murah di berbagai negara. Sedangkan kita juga impor senjata atau amunisi lumayan besar, jadi dua ini yang mempengaruhi kenaikan impor barang konsumsi," ujar dia.
Sasmito memperkirakan, tren kenaikan impor gandum dan amunisi atau senjata baik dari volume maupun nilai tidak akan berlanjut di Februari 2016.
"Saya kira tidak ya (berlanjut), karena itu one short saja. Kalau harga gandum turun lagi, bisa saja nambah, tapi tidak akan sebesar Januari. Apalagi amunisi kan bisa disimpan stoknya oleh TNI dan Polri," kata Sasmito. (Fik/Ahm)