Kata Ketua KEIN Soal Fenomena PHK di Industri

Ketua Komisi Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Soetrisno Bachir mengatakan, adanya PHK bukan karena iklim investasi yang buruk

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 15 Mar 2016, 20:47 WIB
Diterbitkan 15 Mar 2016, 20:47 WIB
20160120-Jokowi Resmi Lantik Pengurus KEIN Pimpinan Soetrisno Bachir-Jakarta
Presiden Jokowi (kanan) menyalami Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN), Soetrisno Bachir usai pelantikan pengurus KEIN di Istana Negara, Jakarta, Rabu (20/1). Pembentukan KEIN sesuai Perpres Nomor 8 Tahun 2016. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Perlambatan ekonomi global menghantam hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Hal tersebut berimbas pada kinerja industri yang imbasnya terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK).

Ketua Komisi Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Soetrisno Bachir mengakui adanya PHK. Namun menurutnya, jumlahnya tidak sebesar yang dikabarkan. Pihaknya juga sudah melakukan kajian terhadap fenomena ini.

"KEIN di samping membuat roadmap melakukan kajian yang berkembang misal PHK tadi. PHK terlalu dibesar-besarkan memang ada beberapa tutup karena tidak kompetitif," katanya di kantor redaksi Liputan6, SCTV Tower, Jakarta, Selasa (15/3/2016).

 

Soetrisno juga mengatakan, bunga bank menjadi salah satu faktor industri dan usaha kecil bisa meningkat pesat. "Bunga kita 20-18 persen ‎bunga luar negeri 2 persen paling tinggi 6 persen," tuturnya.

Dikatakannya, faktor lain adalah kurangnya infrastruktur yang mendukung industri. Namun demikian, dia mengatakan pemerintah kini tengah menggenjot pembangunan infrastruktur yang diyakini bakal segera menggerakkan roda ekonomi lebih kencang.

Salah satunya adalah program kelistrikan 35 ribu megawatt (MW). Menurutnya, itu sangat penting, karena bisa memicu industrialisasi.

"Listrik seperti gula, semut akan mengikuti," jelas dia.

Lebih lanjut, pihaknya m‎engakui selama ini Indonesia terlena oleh komoditas sehingga lupa untuk mengembangkan industri. Alhasil, Indonesia kewalahan ketika harga komoditas anjlok.

"Cuma kita baru sadar bahwa dulu terlalu menghamburkan waktu dan dana mengarahkan waktu kita tidak ke industrialisasi karena jual mentah saja," tandasnya. (Amd/Zul)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya