Liputan6.com, Jakarta - Meski baru membuka pendaftaran untuk pertama kalinya, Universitas Pertamina telah menyiapkan bekal bagi para mahasiswanya agar mampu berkompetisi di dalam negeri maupun tingkat global, salah satunya dengan mengarahkan pada kemampuan di bisnis energi terbarukan.
Strategi ini menyusul tren anjloknya harga minyak dunia yang telah mengakibatkan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), bahkan membuat Sarjana Perminyakan menjadi pengangguran.
Baca Juga
Baca Juga
Rektor Universitas Pertamina Akhmaloka, mengungkapkan, pihaknya tidak hanya akan fokus memberikan pembekalan ilmu mengenai minyak dan gas (migas), tapi juga mengarah pada kompetensi bisnis energi terbarukan. Alasannya, energi baru dan terbarukan merupakan masa depan suatu negara untuk menjaga ketahanan energi nasional.
Advertisement
"Kita tidak melulu main di migas, tapi energi keseluruhan. Mahasiswa kita harus punya kompetensi di bisnis energi, karena perang asimetris yang disebutkan Presiden Joko Widodo ke depan adalah energi dan pangan. Jadi kita harus siapkan sumber daya manusia yang baik di bidang ini," terangnya di Jakarta, Minggu (20/3/2016).
Akhmaloka optimistis, industri migas nasional dan seluruh dunia akan bangkit kembali jika harga minyak dunia terkerek naik. Ia memperkirakan, kenaikannya dapat terjadi dua tahun mendatang.
"Yang saya dengar memang akan turun dulu harga minyak, lalu naik lagi dua tahun mendatang. Jadi masih ada harapan buat kita mempersiapkan lulusan terbaik yang bisa mengikuti tren dunia yang fokus pada pengembangan energi terbarukan," jelasnya.
Di samping itu, Akhmaloka menambahkan, kurikulum dan proses pembelajaran di universitas ini dirancang untuk menanamkan kemampuan berpikir secara kritis dan menyelesaikan masalah kompleks melalui tugas dan proyek terkait dengan teknologi dan bisnis energi.
Universitas Pertamina memiliki 6 fakultas dan 15 program studi (prodi) Strata-1, yaitu:
1. Fakultas Perencanaan Infrastruktur dengan prodi Teknik Sipil dan Teknik Lingkungan
2. Fakultas Teknologi Industri dengan prodi Teknik Elektro, Teknik Mesin, Teknik Kimia, dan Teknik Logistik
3. Fakultas Teknologi Eksplorasi dan Produksi dengan prodi Teknik Geofisika, Teknik Geologi, dan Teknik Perminyakan
4. Fakultas Sains dan Komputer dengan prodi Kimia dan Ilmu Komputer
5. Fakultas Ekonomi dan Bisnis dengan prodi Manajemen dan Ilmu Ekonomi
6. Fakultas Komunikasi dan Diplomasi dengan prodi Ilmu Komunikasi dan Hubungan Internasional
"Targetnya 5-6 tahun ke depan, beberapa program studi terakreditasi internasional, sehingga lulusan kami bisa bekerja di mana-mana. Mau bekerja di Amerika Serikat saja ditanya terakreditasi internasional tidak," terang Akhmaloka.
Ia berharap, pihaknya dapat mencetak generasi muda yang bukan hanya paham dan pandai dalam akademis, tapi juga mengerti seluk beluk industri migas maupun energi pada umumnya.
"Kami menyebutnya sarjana plus, fundamental atau dasar ilmu pengetahuan diajarkan seperti yang diterapkan di ITB, UI di tingkat I. Lalu tingkat II engineering science dan tingkat III serta IV diajarkan soal industri dari beberapa praktisi di Pertamina, anak usaha Pertamina maupun mitranya. Supaya mahasiswa tahu bagaimana permasalahan industri, dan lainnya," tandasnya. (Fik/Zul)Â