Liputan6.com, Jakarta - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengungkapkan, satu perusahaan farmasi asal Korea Selatan tertarik membuka pabrik bahan baku obat serta pusat riset di Indonesia. Nilai investasi tersebut diperkirakan mencapai US$ 95 juta atau setara Rp 1,1 triliun (estimasi kurs: 12.500 per dolar AS).
Pembangunan pusat riset tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemampuan Indonesia dalam mengembangkan berbagai jenis obat. Kemudian, diharapkan adanya transfer pengetahuan bagi industri farmasi.
Kepala BKPM Franky Sibarani akan terus mengawal rencana investasi tersebut. Dia berharap ketergantungan Indonesia akan obat impor dapat berkurang.
Baca Juga
"Rencana Investasi tersebut bernilai strategis karena bahan baku obat juga merupakan produk substitusi impor. Ini akan mengurangi ketergantungan impor bahan baku obat yang selama ini dilakukan,” ujarnya dalam siaran pers, Jakarta, Selasa (29/3/2016).
Saat ini bahan baku obat Indonesia memang tergantung kepada China, India, dan Eropa. Oleh karenanya, investasi mesti didorong supaya Indonesia mampu bersaing denga negara lain.
"Ke depan kemandirian ekonomi berbasis kekuatan industri harus terus ditingkatkan agar kita menjadi negara yang berdaya saing untuk kompetisi di tingkat ASEAN maupun di tingkat global,” ungkap Franky.
Lebih lanjut dia menegaskan, bahan baku obat merupakan bidang usaha prioritas yang terus dipromosikan BKPM. "Kebetulan investor Korea Selatan termasuk yang cukup serius untuk menindaklanjuti pemasaran yang dilakukan," tandas dia.
Sebagai informasi, Korea Selatan termasuk yang aktif melakukan penanaman modal di Indonesia. Investasi yang masuk dari Korea Selatan tahun 2015 mencapai US$ 1,2 miliar tumbuh sebesar 7,6 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Kemudian dari 2010 sampai 2015 nilai investasi yang masuk dari Korea Selatan mencapai US$ 8 miliar. (Amd/Gdn)