Pemerintah Berencana Ambil Alih Lelang Program 35 Ribu MW

PLN telah menyelesaikan kontrak perjanjian jual beli listrik dengan jumlah 17.340 MW.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 26 Mei 2016, 21:02 WIB
Diterbitkan 26 Mei 2016, 21:02 WIB
20160330- Progres Pembangun PLTP Unit 5 & 6 di Tompaso-Sulut-Faizal fanani
Suasana pembangunan PLTP Unit 5 & 6 di Tompaso, Sulut, Rabu (30/3/2016). PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) terus mengembangkan energi baru terbarukan yang berfokus pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Lelang pembangkit program 35 ribu Mega Watt (MW) rencananya akan diambil alih Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ES‎DM). Langkah pengambilalihan tersebut agar realisasi program tersebut dapat mencapai target pada 2019.

Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian ESDM Sujatmiko mengatakan, pemerintah telah menargetkan lelang program kelistrikan 35 ribu MW selesai pada tahun ini. Target tersebut  ditetapkan agar program kelistrikan 35 ribu MW dapat selesai sesuai pada 2025.

"Ya targetnya tahun ini selesai lelang. Sampai 2019 pokoknya harus on schedule," kata Sujatmiko, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (26/5/2016).

Pemerintah akan melihat perjalanan proses lelang tersebut, jika terbukti lambat, pemerintah akanmengantisipasinya dengan membuat pola baru salah satunya dengan mengambil alih proses lelang program kelistrikan 35 ribu MW tersebut.

"Ada pemikiran lelang lebih cepat bagaimana. Apabila PLN tidak melakukan dengan cepat seperti yang diharapkan, maka kita akan mencoba mencari pola pengadaan yang lebih cepat," terang Sujatmiko.

Menurut Sujatmiko, saat ini pihaknya sedang mengkaji pola untuk mempercepat proses lelang, agar bisa selesai pada tahun ini, dan program kelistrikan 35 ribu MW tidak meleset dari target waktu yang telah ditetapkan.

"Pemerintah akan buat kebijakan agar target tidak mundur. Ya sedang dikaji cara terbaik untuk lelang ya," tutup Sujatmiko.

Sebelumnya di akhir 2015, PT PLN (Persero), perusahaan yang mendapat mandat untuk melakukan lelang, menyatakan bahwa perusahaan telah menyelesaikan kontrak perjanjian jual beli listrik dengan swasta Power Purchase Agreement/PPA) dan kontrak pembangunan pembangkit listrik 35 ribu Megawatt (MW) dengan jumlah 17.340 MW. Total nilai investasi dari keseluruhan kontrak yang sudah ditandatangani tersebut senilai US$ 20 miliar atau sekitar Rp 280 triliun.

Direktur Utama PLN Sofyan Basir menjelaskan bahwa dari 17.340 MW pembangkit yang telah ditandatangani, 4.291 MW menggunakan energi yang bersih dan terbarukan yaitu gas, air dan panas bumi. Selebihnya menggunakan batu bara dengan jumlah kapasitas mencapai 13.049 MW.

Pilihan ini merupakan optimasi dari ketersediaan energi primer yang ada di Indonesia serta memanfaatkan potensi energi primer di masing-masing lokasi. Adapun sebaran lokasi pembangkit yang sudah ditandatangani kontraknya mencakup hampir seluruh wilayah Indonesia dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua.

Para kontraktor yang terpilih untuk mengerjakan proyek pembangkit 35 ribu MW telah menjalani serangkaian proses pengadaan tender secara ketat dan transparan. Mereka membawa teknologi pembangkit terbaru yang berasal dari negara Jepang, China, Amerika, dan Eropa.

“Mengingat angka investasi yang sangat besar, dan kelistrikan kita sangat tergantung pada keberhasilan dari para pengembang dan kontraktor ini, maka tingkat sukses dari program ini perlu dijaga sehingga dapat mencapai 100 persen,” tegas Sofyan Basir. 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya