Liputan6.com, New York - Harga minyak dunia tertekan menjelang akhir pekan ini seiring kenaikan aktivitas rig di Amerika Serikat (AS) dan data tenaga kerja melemah. Hal itu membuat kekhawatiran terhadap permintaan energi terutama minyak.
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli turun 55 sen atau 1,1 persen ke level US$ 48,62 per barel di New York Mercantile Exchange. Selama sepekan, harga minyak WTI susut 1,4 persen.
Sementara itu, harga minyak Brent untuk pengiriman Agustus melemah 40 sen atau 0,8 persen ke level US$ 49,64 per barel di ICE Futures London.
Baca Juga
Harga minyak WTI sempat sentuh level US$ 49 per barel setelah data tenaga kerja AS hanya bertambah 38 ribu pada Mei 2016. Sentimen itu membuat indeks dolar AS juga tertekan.
Hasil rilis data itu memangkas kesempatan bank sentral AS atau the Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga pada Juni. "Namun rilis data tenaga kerja membuat prospek kemungkinan ekonomi AS resesi pada semester II 2016. Ini juga akan mempengaruhi permintaan minyak," ujar Nico Pantells, Kepala Riset Secular Investor seperti dikutip dari laman Marketwatch, Sabtu (4/6/2016).
Aktivitas pengeboran minyak di AS juga menekan harga minyak. Baker Hughes melaporkan jumlah aktivitas pengeboran minyak naik menjadi 325. Sedangkan gas naik empat menjadi 408. (Ahm/Ndw)