Menteri Energi Arab Sebut Harga Minyak Bakal Sentuh US$ 60

Pasokan minyak terhenti dari sejumlah negara antara lain Nigeria, Kanada dan Kolombia telah mengangkat harga minyak dunia.

oleh Agustina Melani diperbarui 03 Jun 2016, 11:16 WIB
Diterbitkan 03 Jun 2016, 11:16 WIB
20151007-Ilustrasi Tambang Minyak
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Liputan6.com, Wina - Harga minyak dunia diperkirakan bisa naik mencapai US$ 60 per barel hingga akhir tahun. Kenaikan harga itu pun diperkirakan tanpa bantuan dari negara produsen utama minyak/OPEC.

Menteri Energi Arab Saudi Khalid Al Falih menyampaikan hal itu dalam wawancara dengan CNN Money, seperti dikutip pada Jumat (3/6/2016).

"Hal yang benar untuk terus dilakukan adalah terus memantau pasar, dan membiarkan pasar melakukan hal tersebut. Cara itu bekerja dan mendukung kami sekarang," ujar Al Falih usai pertemuan OPEC.


Ia menambahkan, harga minyak US$ 60 per barel pada akhir tahun juga sangat mungkin. Kenaikan harga itu akan terus berlanjut pada 2017.

Al Falih menuturkan, kalau pasokan dan permintaan telah "seimbang". Selain itu, harga komoditas minyak juga terangkat dari sejumlah penghentian produksi minyak dari sejumlah negara antara lain Nigeria, Kanada dan Kolombia. Harga minyak dunia pun sentuh level US$ 50 per barel.

Akan tetapi, Al Falih memperingatkan kalau harga minyak US$ 50 tidak cukup tinggi untuk menarik investasi yang dibutuhkan yang dapat menjaga ladang minyak.

Dalam pertemuan puncak OPEC di Wina, OPEC sekali lagi gagal untuk mencapai kesepakatan soal produksi minyak.Terutama ketegangan antara Arab Saudi dan Iran. Iran ingin meningkatkan produksi mencapai tingkat pra sanksi. Pertemuan OPEC pun akan kembali digelar pada 30 November di Wina. (Ahm/Ndw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya