Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta percepatan penambahan kapasitas pembangkit listrik di Jawa dan Bali. Ini guna menghindari ancaman pemadaman listrik di kedua wilayah tersebut.
Direktur Jenderal Ketenaga Listrikan Kementerian ESDM Jarman mengungkapkan, upaya menghindari pemadaman listrik di Jawa dan Bali dengan pembangunan pembangkit listrik dan memperkuat jaringan.
"Bangun pembangkit transmisi perkuat gardu induk, memperkuat gardu lama, dan menambah gardu baru," kata Jarman, di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Lontar, Banten, Jumat (10/6/2016).
Jarman melanjutkan, sebelum 2019 akan ada pembangunan pembangkit dengan total kapasitas 21 Mega Watt (MW) yang dilakukan di berbagai wilayah Jawa dan Bali.
Baca Juga
"Itu 21 tadi, tersebar nanti kemarin Batang sudah, nanti Cilacap ekspansi. Cirebon ekspansi 1.000 MW, kelas-kelasnya 1.000 MW kalau Jawa," tutur Jarman.
Jarman menuturkan, listrik dari pembangkit dengan kapasitas total 21 ribu MW tersebut merupakan bagian dari program kelistrikan 35 ribu MW. Penambahan pasokan listrik tersebut untuk memenuhi pertumbuhan kebutuhan listrik dan cadangan listrik sebesar 30 persen.
"Sekarang daya terbesar harus dijaga, supaya sistem handal normal kan harus dibangun cadangan 30 persen," tutur Jarman.
Sebelumnya, Jokowi mengatakan, Jawa dan Bali akan membutuhkan tambahan listrik hingga 21 ribu Mega Watt (MW) sampai 2019. Hal tersebut dengan kenaikan konsumsi listrik di Jawa dan Bali yang naik setiap tahunnya.
"Kebutuhan sangat besar sekali harus dikejar, dipercepat pelaksanaan pembangunannya kalau tidak 2019 akan ada kekurangan listrik. Jawa Bali artinya akan ada pemadaman di Jawa Bali," tegas Jokowi.
Jokowi mengakui untuk membangun infrastruktur energi seperti pembangkit listrik tidak mudah. Kendala terutama muncul di lapangan sehingga butuh peran semua pihak untuk menyelesaikannya. (Pew/Ahm)