Liputan6.com, Jakarta - Harga daging sapi di Indonesia terkenal lebih mahal dua kali lipat dibanding Malaysia maupun Singapura. Di Indonesia, daging sapi segar dijual seharga Rp 120 ribu per kilogram (kg) dan tidak pernah bergerak turun di bawah Rp 100 ribu per kg.
Kondisi itu terjadi karena harga sapi hidup di tempat penggemukan sapi (feedloter) hampir Rp 50 ribu setiap kilonya sehingga mustahil bagi pedagang menjual daging sapi segar seperti permintaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebesar Rp 80 ribu per kg.
Baca Juga
Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Syarkawi Rauf menjelaskan harga daging sapi segar di Indonesia sangat mahal Rp 120 ribu per kg, bahkan bisa menyentuh Rp 150 ribu per kg.
Advertisement
Baca Juga
Penyebab utamanya, dia bilang, karena sapi hidup dari feedloter sudah dijajakan seharga Rp 43 ribu per kg, sehingga konsumen harus membeli daging sapi segar seharga di atas Rp 100 ribu.
“Perhitungannya harga sapi hidup dari feedloter ke Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Rp 43 ribu dikali dua, sebesar Rp 86 ribu per kg. Ada biaya tambahan Rp 20 ribu, sehingga Rp 106 ribu. Masuk ke riteiler dan dikenakan 10 persen atau Rp 10 ribu sehingga total Rp 116 ribu per Kg,” kata Syarkawi saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Minggu (26/6/2016).
Biang kerok lainnya, diakui dia, impor sapi hidup dari Australia ke Indonesia dikenakan macam-macam biaya, seperti pajak impor 2,5 persen, bea masuk 5 persen, ongkos proses karantina selama 14 hari serta biaya lainnya yang sangat signifikan kepada pengaju kuota atau importir. Biaya inilah yang menyebabkan tingginya harga daging sapi segar di Tanah Air.
Menurut Syarkawi, pemerintah dapat menurunkan harga daging sapi di bawah Rp 100 ribu per kg, asalkan berani menetapkan harga sapi hidup di tingkat feedloter sebesar Rp 35 ribu per kg.
“Pemerintah kan yang memberi kuota impor, harusnya bisa ngomong dong supaya harga sapi di feedloter Rp 35 ribu per kg. Dengan begitu, harga di tingkat selanjutnya, seperti RPH dan riteiler akan berkurang. Jadi harga daging sapi segar bisa di bawah Rp 100 ribu per kg dalam jangka 1-2 tahun,” terangnya.
Cara lain, kata dia, pemerintah harus mengefisienkan biaya-biaya dengan memberikan insentif di transportasi, pakan seperti membangun industri pakan konsentrat. Paling penting, mengubah rezim kuota impor dari per tiga bulan menjadi satu tahun.
“Jadi importir bisa menyesuaikan pembelian karena di musim dingin, impor sapi hidup dari Australia 3,3 dolar AS per kg atau lebih mahal dari saat musim panas 2,7 dolar AS per kg (Rp 35 ribu). Masa harga sapi hidup di Australia saja murah, daging sapinya di Indonesia mahal sekali,” ucap Syarkawi.
Sebelumnya, Ketua Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) Asnawi mengatakan, harga daging di Indonesia merupakan paling tinggi di ASEAN. Sedangkan harga daging sapi di Malaysia dan Singapura hanya setengah dari harga yang dibanderol di Indonesia.
"Malaysia bisa jual Rp 50 ribu per kg. Di Singapura bisa jual Rp 55 ribu," ujar dia.