Harga Batu Bara Acuan Juli Lebih Mahal dari Juni

Saat ini biaya eksplorasi batu bara sudah tidak sesuai harga keekonomian.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 14 Jul 2016, 10:06 WIB
Diterbitkan 14 Jul 2016, 10:06 WIB
20151005-Pekerja-Batu-Bara
Pekerja Batu Bara (iStock)

Liputan6.com, Jakarta - Harga Batu bara Acuan (HBA) di dalam negeri pada Juli naik US$ 1,19 atau sekitar 2,3 persen dibandingkan dengan Juni yang sebesar US$ 51,81 per ton. Kenaikan HBA berlanjut setelah dua bulan sebelumnya pada Maret dan April juga terjadi peningkatan.

Seperti mengutip situs resmi Kementerian ESDM, di Jakarta, Kamis (14/7/2016), bila dibandingkan dengan HBA Juli 2015 yang sebesar US$ 59,16 (year on year) maka HBA Juli 2016 turun sebesar US$ 6,16 atau turun 10,4 persen.

Nilai HBA adalah rata-rata dari empat indeks harga batu bara yang umum digunakan dalam perdagangan yaitu, Indonesia Coal Index, Platts59 Index, New Castle Export Index, dan New Castle Global Coal Index.

HBA menjadi acuan harga batu bara pada kesetaraan nilai kalori 6.322 kkal/kg Gross As Received (GAR), kandungan air (total moisture) 8 persen, kandungan sulphur 0,8 persen as received (ar), dan kandungan abu (ash) 15 persen ar.

Berdasarkan HBA selanjutnya dihitung Harga Patokan Batu bara (HPB) yang dipengaruhi kualitas yaitu: nilai kalori batu bara, kandungan air, sulphur, dan abu sesuai dengan merek dagang utama batubara yang disebut dengan HPB Marker.

Dalam hal penjualan, batubara berlangsung secara jangka tertentu yaitu, penjualan dengan jangka waktu 12 bulan atau lebih maka harga batubara mengacu pada rata-rata tiga Harga Patokan Batubara terakhir pada bulan, di mana dilakukan kesepakatan harga batubara dengan faktor penggali.

Faktor tersebut yaitu penggali 50 persen untuk Harga Patokan Batu bara bulan terakhir, faktor pengali 30 persen untuk Harga Patokan Batu bara satu bulan sebelumnya, dan faktor pengali 20 persen untuk Harga Patokan Batu bara dua bulan sebelumnya.

HPB Marker terdiri dari 8 brand batu bara yang sudah umum dikenal dan diperdagangkan. HPB Marker periode Juli 2016 untuk 8 brand batubara dalam US$ per ton adalah sebagai berikut :

    Gunung Bayan I         : 56,61 naik 2,3 persen dibandingkan HPB Juni 2016
    Prima Coal                 : 58,53 naik 2,1 persen dibandingkan HPB Juni 2016
    Pinang 6150               : 52,90 naik 2,1 persen dibandingkan HPB Juni 2016
    Indominco IM_East     : 43,61 naik 2,3 persen dibandingkan HPB Juni 2016
    Melawan Coal             : 43,74 naik 2,0 persen  dibandingkan HPB Juni 2016
    Enviro Coal                 : 42,04 naik 1,8 persen dibandingkan HPB Juni 2016
    Jorong J-1                  : 33,80 naik 1,8 persen dibandingkan HPB Juni 2016
    Ecocoal                      : 31,18 naik 1,8persen dibandingkan HPB Juni 2016

Selain 8 merek dagang batu bara ini, Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM setiap bulan menetapkan HPB untuk merek dagang batubara lainnya, yakni Trubaindo HCV HS, SKB Coal, Lanna Harita Coal, Kideco Coal, dan PKN 3500.

Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) sebelumnya menyatakan harga batu bara sempat anjlok dan membuat produsen batu bara mengurangi produksi sehingga cadangan pun ikut berkurang. Pengurangan ini akan sangat berpengaruh ke sektor kelistrikan yang menjadi konsumen batu bara.

Direktur Eksekutif APBI Supriyatna Suhala mengatakan, penurunan harga batu bara membuat kinerja sektor hulu batu bara tidak optimal. Pasalnya, biaya eksplorasi batu bara sudah tidak sesuai harga keekonomian. Saat ini harga batu bara berada di kisaran US$ 50 per ton.

"Jangan sampai banyak persepsi mengatakan kalau harga batu bara murah itu bagus untuk listrik. Kalau murah terus sektor hulunya tidak survive kita terpaksa menambang yang cetek saja," dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya