Liputan6.com, Jakarta - Sumur minyak dan gas bumi (migas) Banyu Urip yang berada di Blok Cepu, Bojonegoro, Jawa Timur, akan menjadi tumpuan pemerintah untuk mencapai target produksi minyak nasional. Saat ini, produksi migas nasional telah mencapai 1,9 juta barel setara minyak.
Sekretaris Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Budi Agustiono mengatakan, produksi minyak di sumur Banyu Urip telah mencapai puncak produksi yaitu 165 ribu barel per hari mulai April lalu. Produksi minyak dari sumur tersebut memberikan peran yang cukup besar dalam pencapaian target produksi minyak nasional.
"Produksi nasional sangat tergantung pada Lapangan Banyu Urip yang awal April ini sudah 165 ribu barel per hari," kata Agus, di Kantor SKK Migas, Jakarta, Senin (18/7/2016).
Advertisement
Baca Juga
Dengan adanya produksi minyak dari sumur Banyu Urip tersebut, lifting migas nasional telah melebihi target yaitu 1,9 juta barel setara minyak. Angka tersebut telah mencapai 101,3 persen dari target Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2016.
"Sebagai informasi sampai Juli ini pencapaian lifting sudah 1,9 juta barel atau 101,3 persen dari target APBN P untuk 2016," ungkap Agus.
Namun memang, meski sudah mencapai target, tidak menjamin produksi migas nasional tetap bertahan. Alasannya, ada berbagai masalah di lapangan yang bisa membuat produksi migas mengalami penurunan. Masalah yang mungkin bisa terjadi adalah gangguan alam dan faktor sosial.
"Jadi meskipun target sudah tercapai, kami tidak bisa menjadi sampai akhir tahun produksi akan tetap sama. Ada banyak kendala teknis yang tidak bisa ditebak," tutup Agus.
‎Sebagai informasi, lapangan Banyu Urip telah menembus 170 ribu barel per hari (barrels of oil per day/BOPD). Raihan tersebut di atas angka produksi tertinggi (peak) sebanyak 165 ribu barel per hari dalam rencana kerja atau Plant of Development (POD)‎.