Bos PLN Bantah Proyek Listrik 35 Ribu MW Berjalan Lambat

Direktur Utama PLN Sofyan Basir menuturkan perkembangan proyek listrik 35 ribu MW masih wajar mengingat proyek itu termasuk besar.

oleh Septian Deny diperbarui 25 Jul 2016, 15:32 WIB
Diterbitkan 25 Jul 2016, 15:32 WIB
Direktur Utama PLN Sofyan Basir menuturkan perkembangan proyek listrik 35 ribu MW membutuhkan waktu misalkan tahap prakualifikasi hingga kesepakatan tender.
Direktur Utama PLN Sofyan Basir menuturkan perkembangan proyek listrik 35 ribu MW membutuhkan waktu misalkan tahap prakualifikasi hingga kesepakatan tender.

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Sofyan Basir membantah proyek pembangunan pembangkit listrik 35 ribu megawatt (MW) ‎mandek dan berjalan lambat. Menurut dia, proses pambangunan proyek ini masih sesuai dengan apa yang ditargetkan pemerintah.

Dia menyatakan, saat ini pihaknya sudah menandatangani perjanjian jual beli listrik atau  power purchase agreement ‎(PPA) untuk lebih dari 19 ribu MW. Ini bagian dari proyek 35 ribu MW yang dicanangkan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Untuk program 35 ribu MW dan 46 kilometer (KM) transmisi masih berjalan baik. Pembangkit ada 10 ribu MW ditangani dan 25 ribu MW oleh IPP (independent power producer). Sudah 19 ribu MW sampai bulan ini. Karena yang kecil-kecil dari mulai awal bulan sudah masuk," ujar dia di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (25/7/2016).

Sofyan menuturkan, proses pembangunan proyek ini memang tidak semudah yang dibayangkan. Sebagai contoh, untuk tahap prakualifikasi hingga kesepakatan tender membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

‎"Karena persiapan tender dan prakualifikasi sampai tender memerlukan waktu cukup lama. Karena kesiapan dari IPP sendiri untuk menjajaki proyek itu sesuai dengan RUPTL yang ada," kata dia.

Selain itu, lanjut Sofyan, proses evaluasi pinjaman untuk pendanaan proyek ini pun membutuhkan waktu yang lama. Selain dana yang besar, pinjaman untuk proyek 35 ribu MW ini tidak hanya berasal dari bank dalam negeri tetapi juga perbankan negara lain.

"Kredit ini bukan Rp 500 miliar, bukan Rp 1 triliun. Kalau sudah bicara mengevaluasi kredit Rp 20 triliun, Rp 30 triliun, 40 triliun itu pasti memerlukan waktu yang cukup panjang. Dan itu dari perbankan nasional sebagian kecil, dari perbankan luar negeri, Jepang maupun Eropa sebagian besar. Oleh karena itu mereke memerlukan waktu cukup lama untuk meninjau, melihat dan mengevaluasi," kata dia.

Oleh sebab itu, Sofyan memastikan proses pembangunan mega proyek ini masih tetap berjalan. Jika terjadi keterlambatan pun masih dalam batasan yang wajar mengingat ini proyek yang besar.

"Jadi ini sebenarnya masih sangat wajar. Memang kalau kita bilang lambat atau tidak, mari kita bandingkan. Karena kalau bicara lambat, ini lambat dibandingkan yang mana? Pada saat apa?," ujar dia. (Dny/Ahm)

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya