Mentan Sebut Juli hingga September Jadi Saat Penting Masa Tanam

Mentan menilai negara harus berupaya menggenjot produksi terutama tanaman padi untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional.

oleh Reza Efendi diperbarui 26 Jul 2016, 12:42 WIB
Diterbitkan 26 Jul 2016, 12:42 WIB
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mendampingi Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) melakukan panen raya padi di Desa Sonorejo, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mendampingi Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) melakukan panen raya padi di Desa Sonorejo, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. (Foto: Kementerian Pertanian)

Liputan6.com, Medan - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan bulan Juli, Agustus hingga September merupakan waktu yang harus dijaga ketat dan saat penting untuk masa tanam.

Pada momen ini, negara ini harus berupaya menggenjot produksi terutama tanaman padi untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional.

“Dalam bulan tersebut selama negara ini ada, selalu jadi bulan luas tambah tanamnya defisit sehingga dampaknya terjadi bulan paceklik pada bulan Desember- Januari-Februari,” tutur dia di Medan, seperti dikutip Rabu (26/7/2016).

Sebab itu, dia mengaku, pihaknya berupaya untuk meningkatkan produksi padi di Indonesia dengan mengubah pola masa tanam.

“Makanya kita ubah masa tanam, biasanya bulan Juli hingga September itu kita tidur, sekarang kita bangunkan. Petani yang tidur, traktor tidur dan lahan tidur kita bangunkan. Sehingga sekarang selesai panen maka langsung kita kembali tanam, termasuk kita juga membenahi irigasi kita,” tutur dia.

Amran juga memaparkan perkembangan peningkatan produksi pertanian di Indonesia. Dengan adanya langkah penurunan impor secara ekstrim hingga 47 persen.

Selain itu berdasarkan survei Global Food Security Indeks, skor perubahan lompatan ketahanan pangan Indonesia kini berada pada urutan ke-66 dari 113 negara. “Ini merupakan lompatan yang luar biasa dan merupakan perubahan terbesar yang telah kita lakukan,” papar dia.

Mentan mengatakan, pencapaian yang telah dilakukan ini merupakan hasil dari kerja keras bersama, sehingga ke depan Indonesia tidak mewariskan impor pangan kepada generasi selanjutnya.

“Di sisi lain indeks persentase kepuasan petani kepada pendamping untuk TNI juga luar biasa mencapai 89, 5 persen, ini menunjukkan bahwa sudah ada sinergitas yang baik dan menyatu antara pemerintah, masyarakat juga TNI,” jelasnya.

Kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Sumut), Amran meminta untuk kembali menggenjot produksi padi, jagung dan kedelai atau disingkat Pajale sepanjang tahun ini.

Produk yang meningkat diharapkan bisa mengembalikan wilayah ini ke posisi lima besar sebagai produsen produk pertanian.

“Kami yakin Sumut akan kembali ke posisi nomor lima atau empat. Kalau Luas Tambah Tanam (LTT) ini dilaksanakan saya yakin,” kata dia.

Tahun lalu, produksi padi di wilayah ini mencapai 500 ribu ton. Sebab itu tahun ini produksi ditargetkan harus mencapai dua kali lipat atau sekitar 1 juta hingga 1,2 juta ton. Ini untuk mencegah terjadinya bulan paceklik pada Desember-Februari.

Mentan mengaku akan ada penilaian untuk reward dan punishment. Dengan ketentuan,jikaproduksi meningkat maka anggaran akan bertambah, sebaliknya jikia turun maka anggaran bakal berkurang.

"Jadi kepada kabupaten dan kota, kita minta jangan hanya meminta tambahan anggaran tapi juga harus meningkatkan laporan produksi sehingga Sumut bisa menjadi swasembada pangan,” tambah Gubernur Sumut T Erry Nuradi.

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya