Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin memperluas kerja sama dengan beberapa negara baru. Langkah Jokowi ini memperluas pasar produk-produk dalam negeri sekaligus membuka peluang investasi dari atau ke negara tersebut.
"Ya memang kita baru pada posisi menjajaki beberapa negara yang memang memiliki potensi, tapi kita tidak pernah melakukan penetrasi pasar ke negara itu. Ini sekarang baru kita mulai," kata Jokowi usai bertemu dengan Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickramasinghe di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (3/8/2016).
Menurut Jokowi, negara-negara dengan penduduk 20 juta orang, 60 juta orang, dan 100 juta orang jarang mendapat perhatian. Padahal, potensi investasi dan kerja sama juga sangat baik.
Advertisement
"Sehingga jangan ketergantungan pada pasar pasar yang tradisional yang itu-itu saja. Kita akan membuka pasar produk Indonesia lebih besar lagi terutama ke negara-negara yang saya sebutkan tadi," lanjut Jokowi.
Baca Juga
Dalam kesempatan itu, Jokowi mengajak Ranil dan Sri Lanka untuk datang kembali ke Indonesia. Kali ini, untuk menghadiri Trade Expo Oktober mendatang. "Karena juga trennya Sri Langka dan Bangladesh kenaikan ekspornya cukup baik," kata Jokowi.
dalam kesempatan tersebut Jokowi menawarkan produk unggulan karya anak bangsa Indonesia, yaitu kereta api produksi PT INKA, Madiun.
“Kita sudah masuk kereta api kita dari PT INKA ke Bangladesh, ini sudah berjalan. Ini kita ikut lelang lagi di Sri Lanka. Saya tadi minta agar PM Ranil memberikan perhatian pada produk Indonesia yang namanya kereta api. Kita harapkan kita menang di tendernya itu, dan kita bisa kirim lagi ke Sri Langka. Ke Bangladesh sudah, kemudian ke Sri Langka. Kelihatannya diberi lampu hijau,” kata Jokowi.
Nilainya berapa? “Nanti tanya ke Menteri Perindustrian atau Menteri BUMN,” kata Presiden menjawab wartawan.
Saat ditanya mengenai respons PM Ranil, menurut Presiden Jokowi, PM Sri Lanka itu berjanji akan melihat, dan akan memperhatikannya.
Menurut Presiden Jokowi, saat ini kita baru pada posisi menjajaki beberapa negara yang memang mempunyai potensi, tetapi tidak pernah kita melakukan penetrasi pasar ke negara-negara itu. “Ini yang sekarang baru kita mulai sehingga jangan ketergantungan pada pasar-pasar yang tradisional, yang itu-itu saja, tapi mulai,” ujarnya. (Ahmad Romadoni/Gdn)